Bakrie Global Group Investasi Di Path, Haruskah Kita Ikut Bersentimen Negatif? Ini 3 Alasan Logis Untuk Tidak Melakukannya

Sebelum menulis tentang ini saya tegaskan pandangan politik saya. Wientor Rah Mada adalah seorang nasionalis. Tidak berpartai. Tetapi untuk negara ini rela berbuat apa saja. Harus disebutkan di awal karena saya tidak mau anda semua salah menduga saya sebagai seorang yang over optimis atau bahkan berkumis. Jelas salah 🙂

Path, berdiri tahun 2010, adalah jejaring sosial yang sangat membatasi anggotanya. Tidak seperti Facebook yang membatasi 5000 friends dan unlimited followers, atau Twitter yang tidak ada batasan followers, Path hanya membatasi sebanyak 150 friends saja. Kenapa 150? Karena menurut Robin Dunbar, seoarang antropologis dari Inggris, 150 adalah batasan maksimal orang bisa berinteraksi dengan stabil sesamanya. Intinya, Path ingin anda terkoneksi dengan best friends, family dan orang-orang yang betul berarti di hidup anda. 150 disebut juga sebagai Dunbar Number.

pathbakrie

Saya membaca berita masuknya Bakrie ke Path pada Sabtu pagi, 11 Januari 2014. Serta merta Timeline saya di @WRahMada penuh dengan sentimen negatif, bahkan ada beberapa teman yang secara emosional langsung memutuskan untuk tidak lagi mempergunakan Path. Ini bukan masalah perusahaan nasional yang go global katanya, tapi seharusnya Bakrie membereskan ganti rugi Lapindo terlebih dahulu daripada berinvestasi di Path. Saya tersenyum kecut ketika teman saya ini mulai #kultwit tentang Bakrie, Lapindo dan Path. Apalagi saya tahu, dia adalah pendukung salah satu peserta konvensi Partai Demokrat dan sudah lama ‘membenci’ Bakrie. Ini bukan luka lama yang kembali menguak, tetapi jelas menabur garam di luka lama. Biar tambah perih.

Setelah berita itu juga serta merta muncul berbagai macam PicMeme yang meledek Bakrie, termasuk menghubungkan Korporasi Bakrie, Path dan pencalonan Aburizal Bakrie (ARB) menjadi Presiden di 2014 ini. Beberapa jelas mengkhawatirkan ARB akan berkampanye lewat Path. Bahkan ada yang sangat ekstrim mengkhawatirkan warna korporate Path yang merah akan segera diganti menjadi kuning. Saya nyengir saja.

Tentu saja berbagai pendapat ini tidak akan membuat Bakrie Global Group berhenti atau menarik kembali investasinya. Sosial media adalah tempat yang menarik untuk berinvestasi. Sekelas dan semuda Path, berarti Bakrie Global Group mempunyai pertimbangan tersendiri dalam memutuskan ini. Sekarang Bakrie berada di dalam Path menyusul Kleiner Perkins Caufield & Byers, Index Ventures, Greylock Partners, Insight Venture Partners, Redpoint Ventures, dan First Round Capital. Jadi, 25 Juta Dollar yang digelontorkan Anindya Bakrie @anindyabakrie masih menjadikannya minoritas, bukan mayoritas.

Nah, sebelum kita memutuskan apa yang akan kita lakukan dengan aplikasi Path di smartphone kita. Saya ingin mengemukakan 3 (tiga) alasan logis di bawah ini :

1. Mengapa harus Path? Salah satu pertimbangan Bakrie Global Group tentu saja adalah future revenue yang akan didapat. Banyak yang masih bingung Path dapetnya uang dari mana. Dengan platform yang berbeda sangat sulit menyamakan Path dengan Facebook atau Flickr. Kekuatan Path di photo sharing sempat memicu spekulasi Path akan di monetizing melalui layanan photo sharingnya. Sejauh yang saya pelajari, ada 4 (empat) cara monetizing photo sharing : (1) generic display ads, cocok buat websites yang dikunjungi banyak visitor seperti yfrog, (2) targeted ads, pas buat Facebook karena informasi user diekspos, (3) transaksi dari jual beli photo seperti Flickr atau (4) menyediakan Premium Account dengan lebih banyak feature dan storing space. CEO Path, Dave Morin @davemorin memilih yang keempat. Layanan premium diperkenalkan pada tanggal 5 September 2013 dengan harga $4.99 per 3 bulan untuk iOS dan $1.99 per bulan untuk Android. Keunggulannya bisa mendapatkan sticker packs, unlimited photo filters, akses ke shop items dan tentu saja, ini adalah ad-free.

Layanan Path premium tidak akan menjadi satu-satunya sumber pendapatan Path. Sumber uang sesungguhnya adalah di virtual goods/barang-barang virtual. Sekarang ini, ad-free service di Path menjual photo filters seharga $99 cents dan mulai menjual gambar-gambar kartun (stickers) di private messages-nya. hoto filters itu layanan yang bisa membuat pengguna Path me-retouch photo yang akan diunggah. Dave Morin mengklaim bahwa penjualan stickers-nya, seharga $1.99 satu pack, telah mendatangkan lebih banyak income dalam beberapa minggu saja daripada photo filters dalam setahun. Data dari Distimo menyebutkan bahwa 76% pendapatan apps justru di dapat dari in-app purchases. Dengan pengguna sebesar 23 juta di seluruh dunia, in-app purchase bisa sangat menggiurkan bagi Path.

Walaupun beberapa analis Indonesia secara gegabah menuliskan bahwa investasi Bakrie di Path berkategori High-Risk, saya justru menilai ini adalah salah satu investasi terbaik yang pernah dilakukan oleh perusahaan sekelas Bakrie Global Group. Bahkan menurut saya, jauh lebih baik dari Erick Thohir yang mengakuisisi Inter Milan. Mengapa bisa begitu? Path adalah perusahaan yang baru berusia 4 tahun. Masih banyak hal yang bisa dilakukan ke depannya. Semua orang juga mengerti, apabila ingin mendapatkan ayam yang berkualitas, mulailah memilih dan memilah telur yang sehat. Itu yang Bakrie lakukan. Memilih telur investasi yang tepat, tunggu menetas dan dipupuk untuk menjadi ayam dengan harga yang lebih mahal.

2. Path akan tetap menjadi Path. Saya tidak sepenuhnya yakin dengan masuknya Bakrie di Path akan mengubah komposisi visi dan misi yang sudah ada. Ingat, ini adalah investasi minor. Demi apapun, Path tidak akan merubah warna corporate color-nya menjadi kuning. Ini sepenuhnya keputusan bisnis yang berlandaskan kepada intuisi, data dan informasi bisnis yang diharapkan akan menguntungkan di masa depan. Adakah hubungannya dengan pencalonan presiden ARB? 100% tidak. Pengguna Path di Indonesia diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Semuanya adalah pengguna smartphones, mengerti teknologi dan paham betul apa yang terjadi dengan Lapindo. Secara demografi, ini adalah pasar yang berbeda dengan yang digarap oleh Partai Golkar yang mengusung ARB. Walaupun entry-level voter (terutama di perkotaan) mungkin berada di area ini, tetapi saya yakin Anindya tidak akan segegabah itu menarik Path ke politik praktis. Sekali lagi, ini adalah bisnis. Investasi Bakrie akan berbuah manis di kemudian hari. Biar bagaimanapun juga, sosial media sedang menanjak pamornya. Bagi Path, Bakrie adalah jalan masuk ke Asia Tenggara, dan pintunya terbuka lebar dari Indonesia.

3. Jadi, masih ingin uninstall Path di smartphones anda? Silakan saja, tetapi paling tidak alasan di atas akan membuat anda kembali berpikir bahwa apa yang terjadi tidak seperti yang dibayangkan. Nanti pasti akan muncul pesaing Path. Anda masih bisa pakai yang itu, tetapi Path akan tetap mendominasi pasar private micro blogging di Indonesia. Saya lebih suka berpikir logis saja. Bakrie memang berhutang ke bangsa ini karena kasus Lapindo, tetapi bukan berarti mereka tidak boleh berinvestasi di bidang yang mereka anggap akan menguntungkan. Sekali lagi, ini adalah murni bisnis. Undang-undang perseroan terbatas yang kita punya juga tidak mengharuskan dana pribadi dipergunakan untuk menuntaskan hutang perusahaan (kecuali berbentuk CV). Mungkin ini adalah upaya bounce back dari Bakrie setelah diterjang badai di Bumi Resources Tbk. Satu hal yang perlu dinantikan adalah kemunculan iklan Path di TVOne. Secara mereka sekarang dipunyai oleh perusahaan yang sama. Dengan iklan di tivi, penetrasi Path masuk ke Indonesia akan jauh lebih cepat.

Kesimpulannya, menurut saya, ini menurut saya lho ya, teman-teman yang meng-uninstall Path itulah yang mencoba membawa Path ke ranah politik. Semua dihubung-hubungkan. tapi ya sudahlah, toh ini hanya sosial media. Tidak ada yang berkuasa disitu, selain penggunanya. Pilihan tetap ditangan anda. Ya kan?

Artikel terkait

Berikan komentar

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *