6 Hal Yang Paling Dibenci Oleh Affiliate Marketer. Pasrah Atau Protes?

Oke, jujur saja, siapa yang gak ingin jadi Affiliate Marketer? Figurnya selalu digambarkan dengan jalan-jalan, bekerja dimanapun, dapet duwit ribuan dollar tiap minggu, bisa beli apapun dan bahkan bisa tinggal dimana saja seenak udelnya sendiri. Hahaha..

Sejauh yang saya mengerti, sejak menjadi seorang affiliate, memang salah satu keunggulannya adalah pekerjaan ini bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Tetapi sangat jelas ini bukan jenis pekerjaan yang set & forget. Biar bagaimanapun juga, kita masih harus cek campaign yang kita jalanin setiap saat dan setiap waktu. Dan banyak hal lain yang harus diperiksa secara periodik, baik harian, mingguan dan bahkan bulanan.

people anger photo
Photo by greg westfall.

Beberapa hal yang selalu membuat pusing seorang affiliate marketer, seperti di bawah ini :

1. Punya Affiliate Manager (AM) yang demanding. Ini lucu. Setiap AM yang ditugaskan untuk melayani kita dari setiap network akan berusaha memberikan informasi yang akurat agar kita bisa terus mengirimkan traffic ke networknya. Beberapa AM saya malah ada yang dua hari sekali nanyain kabar, atau menanyakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Ada satu AM yang selalu skype saya setiap kalo traffic yang saya kirimkan menurun atau terhenti. Ada lagi AM laen yang terus mengirimkan informasi tentang offer terbaiknya. Intinya, mereka berusaha terus agar kita loyal sama networknya. Semuanya akan mudah ketika anda cuma punya satu atau dua atau tiga network. Tapi kalo networknya udah lebih dari 10, akhirnya anda cuma pusing sendiri bales-bales message dari AM. Oleh karena itu, saya selalu mencoba untuk setia kepada network terbaik yang saya punyai. Dari 16 networks yang saya join, hanya 2-3 network yang menjadi prioritas. Membangun loyalitas dan kepercayaan kepada network ini menjadi penting karena merekapun akan melakukan hal yang sama kepada kita. Saya sampai amazed ketika ada network yang selalu mengirimkan payment setiap minggu walaupun itu dibawah $100. Kebayang, kalo wire saja biayanya $30. Bisa rugi bandar.

2. Offer yang tiba-tiba pause. Ini yang paling menjengkelkan. Offer yang sedang kita running tiba-tiba harus berhenti karena permintaan advertiser. Penyebabnya banyak : bisa advertisernya kehabisan budget, ada yang budgetnya dipindahin untuk target negara lain, ada yang tiba-tiba menjadi private offer-nya orang lain, ada juga yang karena sebab yang hanya Tuhan dan advertiser yang tahu. Intinya, offernya pause tiba-tiba. Oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan setiap email yang masuk. Semua network akan memberitahu affiliate-nya apabila ada offer yang di-pause mendadak atau berhenti. Nah sayangnya, tidak semua email dari network masuk ke inbox. Ada juga yang masuk ke spam. Ya udah, kalau begitu kejadiannya, siap-siap aja konversi tiba-tiba ngilang mendadak. Ada 2-3 network saya yang begini. Jadi musti extra hati-hati.

3. Caps. Baiklah, semua affiliate marketer benci yang namanya caps. Ini istilah untuk membatasi jumlah leads yang diinginkan oleh advertiser tiap hari. Misalnya ada offer game yang dibatasi hanya 100 caps. Ini berarti, network-wide, hanya dibatasi 100 konversi saja. Biasanya ini disebabkan karena budget advertser yang terbatas. Ingat ya ini network-wide, artinya akumulasi dari semua konversi yang didapat oleh semua affiliate-nya (bukan hanya kita saja). Kalo offer ini digarap sama 100 affiliates, masing-masing dapet 1 konversi aja, ya udah berhenti deh itu offer. Yang bikin mules adalah ketika kita masih optimasi campaign untuk satu offer, dan ketika udah teroptimasi dengan manteb, tiba-tiba offernya di caps. Kita cuma bisa pasrah aja. Jalanin offernya sambil nunggu email pemberitahuan offernya udah reached the caps. Paling aman cari offer yang tidak ada caps-nya. Tapi ini bisa dihitung pake jari.

4. Payout decrease! Kalau offernya laku dipromosikan oleh affiliate, sangat wajar apabila tiba-tiba payoutnya diturunkan. Ini banyak dilakukan oleh advertiser CPI (cost per install, biasanya berupa aplikasi di smartphone). Apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada. Ini udah semacam hukum alam. Payout naik dan turun dinikmati saja. Sepanjang kita masih bisa mengontrol ROI dan profit, naik turunnya payout akan menjadi pemandangan yang biasa. Oleh karena itu penting buat kita tahu statistik. Pada payout berapa, suatu campaign yang kita jalankan akan hanya mendapatkan break even point (BEP). Kalau saya, pada saat payout turun, akan berusaha keras untuk menaikkan CTR (Click Through Rate) dan CR (Conversion Rate). Kalau frekruensi konversi semakin cepat, tentu saja akumulasi konversi yang terjadi akan mengamankan kita dari rugi. Itu kalau saya. Kalau anda?

5. Payment gak dibayar oleh network. Ini yang paling nyesek. Setelah kita berusaha setengah mati buat campaign, optimasi dan mengeluarkan budget untuk itu. At the end, ketika network bilang gak akan dibayar, ya kita juga cuma bisa pasrah. Sebabnya ada banyak, misalnya network gak dibayar oleh advertiser, atau traffic kita tiba-tiba dianggap fraud atau ada juga yang AM kita tiba-tiba ngilang gak bales-bales lagi chat kita di skype. Saya pernah mengalami semua. Traffic dianggap fraud pernah, network gak mau nalangin duwit advertiser juga pernah. Komplit. Well, sebetulnya kita bisa melakukan protes dengan meminta sama network untuk menunjukkan bukti kesalahan kita. Misalnya kita iseng ngirim traffic fraud (karena murah, atau karena nyoba-nyoba) 20% dari total traffic yang kita kirimkan ke network dan ketahuan. Kita bisa minta yang 20% itu gak usah dibayarkan. Ini bisa juga. Tapi tetep untung-untungan. Ada sih jurus ampuh agar dibayar sama network. Yang mau tahu boleh email atau chat saya. Sejauh ini tingkat approval payment-nya 100% dengan cara ini. Kalau temen saya bilang, ini cara goblog agar pending payment dibayar sama network.

6. Payment gak penuh. Ada juga beberapa network yang curang. Bayar payment kita gak penuh. Mungkin dipikir kita nggak ngitung apa yang kita dapet. Dari 100% hasil konversi yang dibayar cuma 80% atau 70%. Pelajaran yang didapet adalah : penting untuk tahu bagaimana menghitung konversi dan revenue dari network, baik yang ada di statistik dashboard network ataupun lewat tracking software yang kita punyai. Kalau anda pake Voluum, hal pertama untuk menghitung sinkronisasi konversi adalah dengan mencocokkan time/date dengan yang dipunyai oleh network. Sebelum itu, pastikan anda sudah memasukkan data payout dengan benar. Cocokkan keduanya dengan yang ada di network, sesuaikan dengan periode bayar di network tersebut. Biasanya sih masih tetep ada perbedaan, kalau sedikit ya sudah lupain saja. Tapi kalau banyak ya anda harus tuntut ke network. Perbedaan 2%-3% saya biasanya diem saja, tapi kalau udah diatas 5% baru diobrolin.

Ada lagi? Isi deh di kolom komentar.

Artikel terkait

4 Komentar

Balas komentar Wientor Rah Mada Batalkan

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *