Social Media – Kembali Ke Percakapan Warung Kopi
Social Media telah kembali membangun “Percakapan Warung Kopi” melalui dunia Maya di era kontemporer seperti sekarang ini. Banyak pihak tanpa batasan ruang dan waktu dapat saling berkomunikasi dengan “Hot”. Pemilik Merk pun dituntut agar bisa membangun percakapan yang baik dengan pelanggannya ditengah komunikasi yang kian Horisontal.
Alfred Whitehead seorang filsuf asal Amerika Serikat mengungkapkan ” Tidak ada yang baru di dunia ini. Semua hanya catatan kaki Plato”. Disini Whitehead menegaskan tidak ada sesuatu yang sungguh sungguh baru. Yang baru hanyalah media dan kemasannya, tapi esensinya tidak.
Terkait hal tersebut, majalah The Economist pernah menerbitkan judul berita sampul yang bertajuk “Back to The Coffe House”. Secara singkat, berita ini menandaskan bahwa internet membawa industri berita kembali kepada kultur percakapan pada era sebelum era media massa. Dimana 300 tahun yang lalu berita tersebar lewat mulut ke mulut, pamflet, brosur yang bertaburan di warung kopi, dan orang bisa gaul dan uptodate apabila sering nongkrong di coffe shop.
Namun kebiasaan ini mulai berubah pada tahun 1833 mulai terbit surat kabar pertama kali yang bernama “SUN”, surat kabar ini diproduksi secara massal dan mempelopori pemasangan iklan untuk mengurangi biaya produksi surat kabar tersebut. Pada saat diluncurkan surat kabar ini mampu terjual 4.500 eksemplar setiap hari dan berkembang hingga 15.000 eksemplar setiap hari. Sehingga semakin banyak orang dapat mengakses berita tanpa harus bertanya dengan orang lain. Kondisi semakin berubah lagi ketika radio dan televisi hadir, maka pola konsumsi berita hadir secara satu arah.
Saat ini percakapan ala kedai kopi pun kembali hadir melalui internet. Hanya sejauh jempol dan smartphone kita dapet berinteraksi menggunakan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Sebagai pemilik merk sangat diuntungkan untuk meningkatkan brand image dan penjualan melalui jejaring sosial. Selain itu pemegang merk dapat memberikan customer care secara pribadi kepada pelanggannya melalui twitter atau facebook. Sungguh luar biasa DAHSYAT!
Kuncinya, Mendengarkan
Mendengarkan merupakan kunci dalam komunikasi antar pemegang merk dan pelanggannya. Sebagai contoh, salah satu cara yang paling sederhana yaitu mengangkat topik yang membangun percakapan dan menyebarkan sesuatu yang informatif. Selamat ‘mendengarkan’ pelanggan anda!