Kenapa Anda Harus Bekerja (Dan Mempekerjakan) Secara Remote (Jarak Jauh)

Bismillah…

Saat menulis blog post ini, KIRIM.EMAIL, layanan email marketing yang saya dirikan bareng tim, sudah berjalan hampir 3 tahun dengan  tim yang full remote, atau bekerja dari jarak jauh.

Sebagai catatan, tim remote disini bukan freelance, namun tim yang bekerja full time, seperti layaknya orang kantoran, namun bekerja dari jarak jauh (remote.)

Gambar : Storyblocks

Tim kami saat ini berjumlah 14 orang (yang insyaAllah setelah artikel ini tayang mungkin sudah bertambah lagi), yang tersebar di 10 kota di Indonesia dalam 2 zona waktu.

Bahkan di awal KIRIM.EMAIL berdiri, kami sempat mempekerjakan tim di Lahore (Pakistan), dan Bangalore (India.) Sebelum saya memutuskan untuk merekrut full hanya dari Indonesia, namun itu bahasan lain untuk nanti.

Bukan saya tidak mau menyewa kantor, mungkin nanti akan, namun tujuan saya menyewa kantor pun lebih untuk mentaati regulasi pemerintah dan untuk ketemuan dengan client, dan bukan untuk tempat bekerja.

Faktor lain yang tentu saja harus saya pertimbangkan dari kantor adalah: perjalanan menuju ke kantor itu sendiri.

Menurut sebuah survey dari Inrix, pada tahun 2017, Bandung, tempat saya tinggal saat ini, menjadi kota termacet nomor 2 di Indonesia. Dengan jumlah kemacetan mencapai 46 jam dalam setahun.

Dalam 46 jam itu, kita bisa saja menemukan sebuah winning campaign yang bisa mengubah arah bisnis Anda untuk bertumbuh 10x lipat.

Dan lagi, bayangkan yang terjebak macet itu bukan hanya Anda, tapi seluruh tim Anda, setiap hari.

Opportunity cost-nya tidak bisa saya terima.

Jadi, kenapa saya memutuskan untuk membangun tim yang terdistribusi diseluruh Indonesia? Apa suka dukanya?

Bagaimana saya merekrut dan mengelolanya?

Apa aplikasi, tools, atau peralatan yang saya gunakan?

InsyaAllah melalui tulisan di Bixbux ini, saya akan berusaha menjawab pertanyaan diatas, dengan menulis beberapa seri artikel yang insyaAllah akan memberikan perspektif baru untuk Anda, dan mungkin akan membuat Anda memutuskan akan membangun tim remote setelah ini.

Kita mulai.

Dimana biasanya kita menyelesaikan pekerjaan?

Motto saya kedalam tim KIRIM.EMAIL adalah:

“Bekerjalah dari tempat yang membuatmu bahagia.”

Beberapa orang langsung mengasosiasikan kerja remote dengan bekerja dari rumah.

Bekerja remote bukan hanya berarti bekerja di rumah, namun dimana saja Anda bisa bekerja dengan lebih produktif, nyaman, dan bahagia.

Itu artinya dimanapun Anda bisa menemukan wifi dan bisa membawa laptop, praktis tempat itu bisa menjadi kantor Anda. Walaupun sebagian besar orang akan menganggap rumah adalah tempat paling nyaman untuk bekerja.

Jadi, kembali ke pertanyaan diatas, dimana biasanya Anda menyelesaikan pekerjaan?

Sudah ketemu jawabannya? Sekarang tonton video dibawah ini.

Dibawah ini adalah video presentasi dari Jason Fried, co-founder Basecamp.

Video ini juga yang menjadi titik awal inspirasi saya untuk eksperimen dengan metode remote.

Saran saya, sebelum Anda lanjutkan membaca, tonton terlebih dahulu video tersebut.

Video itu diawali dengan pertanyaan yang langsung nusuk kedalam hati saya. Yang kira-kira seperti ini:

Tanyakan kepada siapa saja yang Anda kenal, dimana biasanya mereka biasanya menyelesaikan pekerjaan yang benar-benar penting dan harus mereka kerjakan?

Anda biasanya akan mendapatkan jawaban berupa:

  1. Suatu tempat, ruangan, atau lokasi tertentu.
  2. Di kendaraan.
  3. Atau di satu waktu tertentu.

Jadi, dari poin diatas, contoh tipikal jawabannya adalah:

  1. Di teras, di kamar tidur, di Starbucks, di dapur, perpustakaan.
  2. Saat di pesawat, saat di kereta api, saat di mobil.
  3. Terserah dimana aja, selama itu pagi hari, atau malah hari banget.

Anda akan JARANG sekali menemukan orang yang mengatakan “kantor.”

Mungkin Anda sendiri salah satunya.

Karena ya memang pada dasarnya, kantor bukan tempat yang membahagiakan (kecuali mungkin Anda berencana membuat kantor seperti Google.)

Jadi pertanyaan dalam hati saya saat itu adalah, untuk apa saya menyewa kantor?

Setelah saya hitung-hitung, sewa kantor dan segala isinya, di lokasi yang tergolong biasa-biasa saja, dan jauh dari pusat kota Bandung (tempat saya berdomisili saat ini), bisa menghabiskan biaya dari 90-110 juta pertahun, dengan kapasitas untuk menampung jumlah tim kami sekarang ini dan mengantisipasi pertumbuhan tim baru kedepannya.

Mungkin dalam hati Anda mengatakan, kantor kan bisa masuk sebagai asset perusahaan.

Namun bukankah sebaik-baiknya asset, apalagi di awal usaha kita berdiri, adalah yang mendatangkan sales?

Dan apakah jika saya sewa kantor di lokasi strategis, terus membantu menambah jumlah pengguna KIRIM.EMAIL hingga bisa ribuan perbulan?

Saya ragu.

Karena saat ini, 99% akuisisi pengguna KIRIM.EMAIL terjadi secara online. Sehingga tidak masalah saya berada dimana, selama promosi online saya jalan, insyaAllah pengguna akan bertambah terus.

Intinya, kantor tidak akan membantu penjualan KIRIM.EMAIL, dan tidak akan membantu banyak dalam mendatangkan pengguna baru, setidaknya untuk saat ini.

Jadi, jika kantor bukan tempat yang menyenangkan untuk bekerja, dan tidak menjadi aset yang membantu saya untuk mendatangkan sales, kenapa saya harus berkantor?

Kenapa tidak biaya sewa kantor yang puluhan juta itu saya jadikan biaya iklan Facebook saja?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memicu saya untuk membangun tim yang full remote dari awal berdirinya KIRIM.EMAIL.

Orang-orang berbakat tidak hanya ada di kota Anda

Alasan kedua saya memutuskan untuk membangun tim secara remote, selain tidak ada gunanya kantor (saat ini) buat saya, adalah : BAKAT.

Saya banyak mendengar keluhan dari temen-temen pengusaha, yang kira-kira seperti ini:

“Indonesia ini banyak pengangguran, tapi waktu saya buka lowongan, yang ngelamar ga ada yang bagus.”

Saya pribadi sebenarnya dulu pernah mengalami fenomena yang sama.

Sampai saya sadar, bakat dan skill yang saya cari, mungkin memang tidak berada di lokasi tempat saya berdomisili.

Apalagi skill yang saya cari cukup spesifik.

Misalnya, saya mencari seorang Facebook Advertiser.

Jika saya mencarinya di sekitar tempat saya tinggal, di Desa Cipendeuy, Padalarang, Bandung Barat, mungkin akan sangat menyita waktu. Dan saya cukup yakin saya tidak akan menemukan bakat yang saya cari.

Belum lagi masalah cocok-cocokan dengan perilakunya.

Tapi kalau saya posting status di Facebook yang berisi lowongan pekerjaan, maka dari beberapa pengalaman saya, sehari aja saya bisa dapet puluhan pelamar dari seluruh Indonesia.

Masalah selanjutnya, Jikapun setelah Anda dapat bakat yang cocok dengan Anda, skillnya bagus, ngobrolnya nyambung, dan Anda merasa orang ini akan menjadi tim yang bagus untuk bisnis Anda, Ia belum tentu mau pindah ke tempat Anda berada.

Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Tim Feriss (penulis best seller), dan Mark Mullenweg (pendiri WordPress) tentang bagaimana orang-orang yang brilian, sayang sekali tidak bergabung dengan kita hanya karena mereka tidak mau pindah ke kota kita.

Jadi kelebihan kedua kerja remote adalah: Anda bisa mengakses bakat-bakat terhebat dari seluruh Indonesia, bahkan seluruh dunia, untuk bekerja bersama Anda membangun perusahaan Anda.

Dan percayalah, Anda akan melihat kalau Indonesia itu penuh sekali dengan orang-orang berbakat dengan etos kerja yang luar biasa tinggi, namun mungkin, dia tidak berada di kota dimana Anda berada.

Mereka beneran kerja? Gimana kalau main-main?

Pertanyaan diatas sering sekali saya terima terkait kerja remote.

“Mas, itu mas yakin mereka di rumah beneran kerja, kalau mereka main-main gimana?”

Biasanya saya tanya balik: itu karyawan Anda yang dateng ke kantor setiap hari beneran kerja? Anda yakin?

Bagaimana Anda mengawasinya? Dengan CCTV? Aplikasi mata-mata desktop/ laptop? Deteksi keystroke keyboard?

Saat ini setiap karyawan punya Smartphone yang bisa terhubung dengan internet.

Mereka bisa curi-curi waktu Facebook-an dan Instagram-an kapan saja, bagaimana Anda mengawasinya?

Beberapa perusahaan menyita smartphone karyawan mereka saat jam masuk kantor.

Namun apakah hal ini akan membuat mereka bahagia kerjanya?

Menurut saya semua ini masalah kebiasaan atau tepatnya sistem.

Sistem yang ada saat ini, sudah berjalan selama ratusan tahun, dan masih BELUM cukup beradaptasi dengan kondisi saat ini dimana hampir semua orang bisa dengan mudah mengakses internet berkecepatan tinggi.

Karena bisa terlalu panjang, bagaimana saya merekrut, mengelola, mengawasi, komunikasi, dll, akan saya bahas secara detail dalam tulisan-tulisan saya selanjutnya, insyaAllah…

Tidak untuk semua orang

Sebelum Anda mempekerjakan orang lain secara remote, atau membaca artikel saya selanjutnya, saya harus menekankan bahwa memang, metode kerja remote ini tidak bisa diterapkan untuk semua orang, dan belum tentu cocok diaplikasikan ke semua bisnis.

Contohnya: pekerjaan konstruksi bangunan, atau pertambangan, tentu saja tidak bisa pekerja lapangannya bekerja secara remote.

Namun, bukan berarti juga SEMUA tim Anda harus ngantor.

Tim marketing, legal, customer service, developer, sales, dan masih banyak lagi jenis pekerjaan lain, bisa Anda pekerjakan secara remote.

Selain jenis pekerjaan, beberapa orang, sebagai individu, memang lebih suka bekerja dikelilingi dengan kegaduhan kantor. Entah bagaimana, mereka bisa menjadi lebih produktif disana.

Jadi ya lagi, seperti bagaimana sebuah kantor tidak cocok bagi Anda, tidak berkantor pun belum tentu cocok bagi Anda dan tim.

Untuk Anda yang lebih suka menikmati pekerjaan daripada kemacetan, bisa bekerja sendirian, sering mendapat inspirasi di jam-jam yang tidak biasa, atau tidak suka diinterupsi rekan sekantor saat sedang fokus bekerja, maka Anda akan mencintai bekerja secara remote.

Seru mas, mulainya gimana?

Seperti yang saya katakan diatas, insyaAllah bagaimana memulainya, bagaimana merekrut, bagaimana me-manage, dan lain-lain akan saya bahas pada tulisan terpisah setelah ini.

Sampai ketemu di tulisan lain, insyaAllah.

Artikel terkait

16 Komentar

  1. Sanga menginspirasi kang, saya juga masih belajar memonitoring pekerjaan secara mobile sangat perlu, terutama menjaga aset email marketing agar terjadwal sesuai dengan tanggal di event tertentu.

  2. Alhamdulillah, sudah hampir 9 bulan terakhir ini saya merasakan kerja remote secara full time.

    Kerja remote emang cocok banget buat yang berkepribadian introvert. 🙂

  3. Saya paham maksud dari tulisan ini…, sy baru dlm hal ini…, tp sy ingin nyimak selanjutnya…, mksh….

  4. Wow Ini akan menjadi trends kedepan sepertinya, keren tulisannya mas, Layak disimak bahahasan selanjutnya utk controlling pegawai remote, Saya juga merasakan lebih mudah mencari pegawai via online terutama utk internet marketing walau masih freelance, dgn online talenta berbakat dan harga oke bisa DiCari tidak terlalu sulit

  5. Hatur nuhun Mas Fikry, sangat menginspirasi.
    Saya pun ingin menerapkan hal seperti ini di usaha yg saya jalankan.
    Mohon di update lagi mulai dari proses rekrutmen, cara menentukan besaran gaji, indikator apa saja yg bisa kita ukur untuk menilai kinerja karyawan tsb, bagaimana cara kita memonitor hasil kerjanya? bagaimana agar karyawan loyal dengan kita.

    Sekali lagi terimakasih banyak, Kirim.Email kereeen pisan euy

  6. :-O Wow…

    Sungguh membuat Otak saya Liar Guru 😀
    Gak hanya Tulisannya yang Luar Biasa, tapi Ilmu yang sudah di terapkan di Kirim.Email sangat-sangat Luar Biasa…

    Saya tunggu Tulisan “Rahasianya” Kerja Secara Remote 😉

Balas komentar Adnan Syafii Batalkan

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *