Social Media Marketing di Tahun 2020: Perubahan Besar Itu Akan Terjadi

Sosial media sekarang udah menjadi salah satu channel digital marketing yang disukai oleh digital marketer di negeri Indonesia tercinta kita ini. However, kondisi sosial media di setahun lalu dan setahun yang akan datang akan sangat berbeda.

Saya membuat sebuah utas pada tanggal 12 Desember lalu, dan menjadi viral. Kalau anda masih maen twitter, silakan simak utasnya di bawah ini. Tinggal klik saja.

https://twitter.com/WRahMada/status/1204948114831884288

Kalau anda gak punya twitter, saya akan coba tulis lagi disini dan nanti dikonklusikan. Yuk!

Tahun 2020 nanti, paling nggak ada tiga hal yang membuat sosial media menjadi berbeda:

  1. Perubahan perilaku pengguna,
  2. Platform sosial media yang berevolusi, dan
  3. Munculnya platform baru yang tadinya tidak diperhitungkan.

Nah, trend yang sedang terjadi di dunia sosial media juga sangat menarik. Sekarang ini ada sekitar 3,484 Milyar pengguna socmed di semua platform di seluruh dunia. Ini naek 9% dari tahun sebelumnya Ini juga berarti 45% penduduk dunia sudah mempunyai akun sosial media. Edun yak. Salah banget kalo kita masih make pemasaran konvensional lah.

Nah, ini tren Social Media Marketing 2020 yang akan terjadi:

1. SOCIAL MEDIA DETOX, karena udah semakin crowded dan rudet, sekarang makin banyak orang yang ‘menyingkir’ dari socmed. 1 dari 3 orang di UK sekarang memilih gak pake socmed sama sekali. 6% removed semua aplikasi socmed, 6% delete akun socmed-nya, dan 8% melakukan keduanya.

Alesan terbesar orang melakukan detox socmed adalah karena merasa overload. Terlalu banyak informasi. Yang kedua karena merasa socmed cuma menghabiskan waktu gak berguna –> njir nih orang Inggris belum tau enaknya rebahan 🙂

Nah, sebetulnya ada juga kecenderungan lain, gak separah Digital Detox, tapi orang cenderung menyukai satu platform dibandingkan dengan platform yang lain.

Karena alesan ini, kita harus mulai memakai socmed untuk perputaran informasi yang valid dan terpercaya. Sebaiknya juga kita menghindari single channel saja untuk mendatangkan traffic dan mulai beralih ke omni channel.

2. CREATE COMMUNITIES, ini bukan barang baru sebetulnya. Dari munculnya sosial media dahulu, selalu berusaha dipake untuk membangun komunitas. Istilah temen2 internet marketer, musti bikin kolamnya dulu buat nangkep ikan.

Jadi apa yang baru dari membangun komunitas digital? Karena gw juga mengelola beberapa akun medsoc besar, gw jadi ngerti bener kalau kunci dari loyalitas itu cuma satu: interaksi/engangement.  Nah agar komunitas kita berinteraksi satu sama lain, kita harus mengeluarkan konten-konten yang meaningful.

Jadi ceritanya, para pemain besar, sekarang sudah mulai paham ini. Makanya mereka mulai memperhatikan betul konten creation, distribusi sampai dengan monitoring dan analytics. Ini menjadi sangat penting bagi para pebisnis online yang ingin mulai membangun brand sendiri.

Melihat dunia persilatan saat ini, gw yakin tren di tahun 2020 > Human Centric Content.

Kalau kata Neilpatel, Human Centric Content fokus ke 3 hal: 1) People, 2) Business dan 3) Technology. Katanya, ketiga faktor ini harus bisa diintegrasikan ke dalam konten, maka kita bisa menarik lebih banyak leads dan sales. Nanti kita bahas khusus tentang human centric content ini. Pernah denger Design Thinking? Ini adalah desain yang berorientasi kepada manusia. Human Centric Content dan Design Thinking berada dalam satu orbit yang sama lah. Kira-kira gitu 🙂

Selanjutmya, kalau kata gw, Human Centric Content itu ya konten yang dibikin untuk manusia, bukan untuk mesin. Karena cutomer kita manusia, bukan mesin. Ini artinya, setiap konten yang dibuat ya bukan for the sake of algoritma di search engine atau socmed.

3. THE END OF INFLUENCERS, gak ada yang menyanggah kalo influencer memainkan peran penting di tahun 2019. Tapiii…bentar…pada tau beda influencer dan buzzer? Influencer itu membawa narasi, menceritakan sesuatu. Sedangkan buzzer itu seperti pemancar, mengulang2 tayang. Buzzer itu kayak penguat sinyal. Keduanya bisa membentuk opini, though.

Harusnya sih, harusnya lho ya, lebih cerdas influencer drpd buzzer.

Tapi, influencer sekarang banyak yang lebay. Berapa kali saja gw baca influencer yang sok iye hanya karena followernya banyak. Minta-minta kamar hotel gratis misalnya, dibarter dengan review. Temen-temen gua di perhotelan bisa mengkonfirm ini.

Seharusnya sih, namanya juga influencer, harusnya bisa mempengaruhi followernya. Tapi sekarang gak lagi. Followers-nya lebih suka rekomendasi dari temennya sendiri drpd dari influencer gede.

Liat diagram di bawah ini. Neal Schaffer meneliti lebih dari 100k influencer di tahun 2018. Micro-influencer ternyata memiliki engagement rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan influencer besar. Artinya, lebih baik nyari 100 orang dengan 1k followers, daripada teken kontrak sama 1 influencer dengan 100k followers.

Lagipula ya itu. Netijen jaman sekarang lebih percaya temennya sendiri daripada influencer besar. Ini yang membuat engagement menjadi tinggi.

4. NEW PLATFORM IS COMING! Sebetulnya bukan baru sih, tp kayaknya kita sdh terlalu biasa dgn Facebook, Twitter atau Instagram. Walaupun pengguna Twitter ada kenaikan dikit di 2019, tp dibandingkan dengan 2017 tetep aja turun. Facebook juga makin gak disukai sama anak-anak muda.

Apa yg akan gila-gilaan di 2020? Gw bilang sih TikTok. Ini platform anjis agresif banget. Skg ada 1,1 milyar install & 500 juta pengguna aktif.

Tiktok ini antitesisnya Facebook.

Penggunanya umur 16-24. Banyak banget seleb yang diendorse. Dr Gary Vee sampe Kevin Hart semua pake TikTok.

Kenapa sik kalo gw bikin thread panjang-panjang gini dah. Udah ah, intinya, platform socmed mungkin sama aja, atau nambah dikit. Tapi perilaku penggunanya yang harus dicermati. Sampe ketemu minggu depan lagi buat thread yang lain. Bubye!

Artikel terkait

1 Komentar

Berikan komentar

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *