Inilah Cara Kerja Blockchain yang Belum Banyak Diketahui
Pertama kali saya kenal istilah blockchain adalah ketika ada seorang teman menghubungi saya dan minta tolong dibuatkan blog yang dihubungkan dengan platform steemit. Dia sedang study di luar negeri, dan mengatakan bahwa dari platform steemit inilah dia bisa mendapatkan uang.
Awalnya saya kira steemit ini pakai system seperti Google Adsense, tapi ternyata enggak. Steemit menggunakan suatu system yang disebut dengan istilah blockchain.
Memang sih sebenarnya saya enggak perlu mendalami apa itu blockchain untuk membuatkan dia blog dan mengaitkannya dengan akun steemit. Karena ada plugin yang disediakan untuk menghubungkan blog dengan steemit.
Namun, rasa penasaran saya ternyata mendesak batin untuk mempelajarinya. Ya, meskipun sampai sekarang belum mampu menjadi expert memahami blockchain, tapi saya merasa bersyukur kenal dengan system ini.
Bahkan setelah saya berhasil membantu teman membuatkan blog dan mengaitkan dengan akun steemit, kemudian saya ikut mencoba membuat akun steemit. Gara-gara rasa penasaran tadi itu, saya ingin mengetahui lebih jauh bagaimana aktivitas teman-teman blogger di steemit.
Memang awalnya agak pusing memahami sistemnya, tapi lama kelamaan juga bisa enjoy. Ketika itu saya baca beberapa artikel tentang blockchain. Sekadar ingin tahu bagaimana system kerjanya. Karena kabarnya system blockchain ini ada hubungannya dengan uang elektronik yang biasa saya dengar dari teman-teman blogger. Yang paling popular dan sering jadi bahasan teman-teman adalah Bitcoin.
Saya mengamati aktivitas dari keduanya (steemit dan bitcoin) sama-sama mengandung unsur transaksi mata uang elektronik. Sebuah mata uang yang enggak punya bentuk fisik. Melainkan semacam file yang bisa disimpan dalam databased computer.
Jika selama ini kegiatan transfer uang melibatkan Bank sebagai pihak perantara, maka berbeda halnya dengan mata uang elektronik. Bisa jadi tidak melibatkan bank sebagai perantara. Karena dengan system blockchain memungkinkan perubahan skema transfer uang.
Karena blockchain diciptakan agar memudahkan seseorang untuk bertransaksi tanpa melalui perantara. Sehingga prosesnya lebih singkat, enggak butuh biaya mahal, dan dibuat agar lebih aman dari pada transaksi yang dilakukan melaui bank.
Sekilas memang rasanya enggak percaya. Karena kita sama-sama tahu bahwa system perbankan begitu kuat mengendalikan system keuangan. Hampir di semua aktivitas ekonomi selalu melibatkan bank sebagai penyelenggara system keuangan. Atau kalau enggak, ya minimal system manajemennya diadopsi untuk mengelola keuangan.
Maka wajar jika di awal kemunculan teknologi blockchain tahun 2009, dikhawatirkan akan ada ketakutan dari instansi perbankan. Karena system yang ada pada teknologi blockchain memang sangat berbeda dengan yang ada di perbankan.
Baca juga: 6 Wallet Bitcoin yang Populer dan Terpercaya
Pada teknologi blockchain, system basis data lebih terbuka dan terdesentralisasi. Sehingga bisa diakses siapa saja. Selama seseorang terkoneksi internet, mereka bisa mengakses blockchain. Karena pada prinsipnya blockchain adalah sebuah basis data global online yang membutuhkan akses internet untuk membukanya.
Mungkin bakal ada yang meragukan terkait system keamanan system ini, tapi beberapa ulasan mengenai blockchain rata-rata memberi jaminan bahwa teknologi blockchain ini aman. Di sana dikatakan bahwa kunci kemanannya terletak pada jumlah pengguna blockchain. Semakin banyak penggunanya, sistemnya semakin aman. Karena semakin sulit diretas.
Dari referensi tersebut dijelaskan bahwa teknologi blockchain ini seperti buku kas induk di bank yang mampu mencatat semua transaksi yang dilakukan oleh nasabah. Semua aktivitas transaksi direkam secara detail, diumumkan dan diverifikasi. Kemudian rekaman tersebut akan dikombinasikan dengan catatan transaksi lain. Kumpulan rekaman transaksi ini kemudian diklasifikasikan berdasarkan kronologi dan dijadikan satu, dikunci.
Dari kegiatan penguncian inilah kemudian sebutan “Block” disematkan. Memang jumlahnya banyak sekali, karena dikelompokkan berdasarkan kronologis. Sehingga databasednya berisi block-block yang terkunci dan berkaitan. Dari sinilah kemudian disebut dengan istilah Blockchain.
Menariknya dari system blockchain ini adalah semua penggunanya bisa melihat semua transaksi yang terjadi. Berbeda halnya dengan system perbankan, di sana hanya pihak berwenang saja yang diperbolehkan untuk melihat dan memeriksa transaksi yang tercatat pada buku kas induk.
Cara Kerja Blockchain
Syarat pertama agar system blockchain ini berjalan adalah ada beberapa orang sebagai pengguna. Minimal lebih dari tiga orang. Beberpa orang yang terdaftar sebagai pengguna ini nantinya membentuk sebuah jaringan blockchain.
Ketika akun para pengguna ini diaktifkan, mereka memiliki folder masing-masing pada databased system. Folder ini nantinya sebagai tempat untuk menyimpan data yang berupa file-file dari semua aktivitas pengguna. Jadi folder itu bukan hanya menyimpan rekaman data pemilik akun saja, melainkan juga menyimpan data aktivitas yang dilakukan oleh orang lain dalam jaringan blockchain.
Ketika salah seorang dalam jaringan blockchain hendak bertransaksi, maka akan ada pemberitahuan kepada akun yang lainnya. Masing-masing akun akan memeriksa terkait informasi jumlah nomina yang akan ditransfer, lalu memeriksa kecukupan saldo yang dimiliki oleh pihak yang akan melakukan transfer.
Jika saldo mencukupi, maka masing-masing folder pengguna akan mencatat kegiatan transaksi tersebut. Transaksi dikatakan selesai jika data-data trnasaksi telah selesai dicatat.
Tentu hal ini hanya contoh dari satu kegiatan transaksi. Padahal kita sama-sama tahu jika kebutuhan untuk transfer itu enggak hanya sekali. Bisa jadi dalam beberapa minggu akan terjadi transaksi berkali-berkali. Apalagi jika pemilik akun adalah orang yang aktif di dunia online marketing.
Jadi, setiap kali ada kegiatan transaksi, maka system blockchain berjalan. Satu akun yang hendak bertransaksi memberitahukan ke akun lain, sedangkan akun lain dalam jaringan blockchain akan mencatat kegiatan transaksi tersebut.
Hingga pada batasan tertentu, folder-folder itu akan penuh lalu akan dibuat folder baru lagi.
Nah, sebelum data transaksi tersebut disimpan dalam folder, data tersebut dikunci atau disegel menggunakan kode unik yang akan membuat siapa pun enggak bisa mengubah datanya. Baru kemudian data tersebut disimpan ke folder-folder pengguna dalam jaringan blockchain. System penyegelan inilah yang menjadi inti dari metode blockchain.
Lalu bagaimana mengenai system keamanannya?
Sabotase yang terjadi pada system blockchain akan sangat mudah terdeteksi. Hal ini karena ada compact string yang dibentuk menggunakan data yang diambil dari block sebelumnya. Fungsi ini dijalankan oleh hash kriptografi yang ada di dalam block-block tersebut yang membentuk sebuah jaringan.
Dengan hash kriptografi ini memungkinkan setiap block mampu melakukan verifikasi integritasnya masing-masing. Sehingga validitas dari block sebelumnya dapat ditegaskan. Dari rangkaian system ini saja kita sebagai pengguna sudah diyakinkan dengan ketatnya metode yang dijalankan. Apalagi ditambah dengan system desentralisasi dan system kunci yang membuat siapa pun enggak bisa mengubah data.
Jelas sekali system perlindungan kriptografi canggih ini mampu menjadi jaminan kepercayaan bagi pengguna. System ini pula yang kemudian dinilai mampu menjaga privasi pengguna.
Contoh Penerapan Teknologi Blockchain
Ada beberapa contoh penerapan teknologi blockchain yang bisa kita lihat. Menariknya lagi ternyata di Indonesia pun beberapa startup dibangun dengan teknologi blockchain. Siapa saja mereka?
Pundi X adalah satu startup karya anak negeri yang dibangun dengan menggunakan teknologi blockchain dan cryptocurrency. Pundi X menhadirkan produk mesin kasir yang diberi nama Pundi X POS. menurut beberapa informasi, produknya berupa kartu uang elektronik dan aplikasi dompet digital.
Startup ini tergolong baru, didirikan tahun 2017 di Indonesia. Namun, pemasaran produknya lebih banyak dilakukan di luar negeri. Hal ini disebabkan karena pemerintah Indonesia masih belum mengizinkan penggunaan cryptocurrency untuk transaksi keuangan.
Baca juga: Harga Bitcoin Makin Menggila. Sudah Saatnya Kita Investasi di Cryptocurrency?
Jadi semacam ada benturan regulasi yang memaksa start up ini memilih pasar di luar negeri.
Startup lain yang juga menggunakan teknologi blockchain adalah Indodax, atau sebelumnya dikenal dengan Bitcoin Indonesia. Startup ini mulai dirintis tahun 2013 dan sudah memiliki pengguna aktif sekitar 750.000 orang setiap harinya.
Startup ini menyediakan fasilitas yang memungkinkan penggunanya untuk bisa menjual dan membeli uang digital. Produk uang digital yang disediakan antara lain seperti Bitcoin, Ethereum, dan Ripple. Uniknya kita enggak harus membelinya menggunakan mata uang dollar, melainkan bisa menggunakan Rupiah atau Bitcoin.
Konon kabarnya startup Indodax ini mampu memfasilitasi transaksi Rp. 100 miliar. Keren, ya?
Nah, itulah beberapa hal menarik tentang blockchain. Memang belum begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia, tapi ternyata banyak startup berbasis blockchain dari Indonesia. Seharusnya kita turut bangga dengan prestasi para founder startup tersebut.
Secara enggak langsung, mereka telah membantu pergerakan ekonomi di Indonesia, bahkan dunia. Tentu banyak orang telah dimudahkan dalam bertransaksi atas kehadiran aplikasi yang mereka buat. Bahkan beberapa pihak mungkin juga diuntungkan secara finansial oleh adanya aplikasi tersebut.
Kita bisa mencontoh semangat para founder tersebut untuk menunjukkan potensi yang kita miliki. Setidaknya turut berperan dalam membangun perekonomian melalui cara-cara yang kita bisa.
Semoga bermanfaat dan terima kasih. [SNs]