Cara Menyikapi Perilaku Karyawan Milenial dan Gen Z

Salah satu hal yang menjadi perhatian dari seorang karyawan adalah perilaku mereka ketika berada di lingkungan kerja. Bahkan di beberapa instansi telah memasukkan baik buruknya perilaku karyawan sebagai salah satu indikator untuk menilai kinerja mereka. Sebagai konsekuensi, biasanya dikaitkan dengan pemberian tunjangan gaji karyawan.

Ketika kita mendapati ada karyawan yang memiliki perilaku kurang baik, sebenarnya yang dirugikan bukan hanya kita sebagai atasannya. Melainkan diri karyawan tersebut, tentunya juga berdampak pada perusahaan.

Maka dari itu, kita enggak bisa menganggap enteng perihal perilaku karyawan. Meskipun secara tak langsung dampaknya tidak begitu terasa, tapi kita perlu mengupayakan hal-hal yang bisa mencegah karyawan berperilaku kurang baik.

Istilah millennials diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe.

Ada beberapa isu yang mengatakan bahwa perbedaan generasi membawa perubahan yang cukup signifikan di lingkungan kerja. Terutama dengan hadirnya generasi milenial dan generasi Z yang dinilai memiliki karakter yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Padahal dari data penelitian ditunjukkan bahwa saat ini generasi milenial dan generasi Z adalah yang paling banyak mengisi komposisi penduduk Indonesia. Ini artinya di lingkungan kerja pun banyak didominasi karyawan dari generasi milenial dan generasi Z.

Mereka dianggap memiliki perilaku yang agak berbeda dengan karyawan generasi lainnya. Sehingga butuh perlakukan yang berbeda untuk mengelolanya. Tentu saja hal ini perlu kita perhatikan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan.

Tentang Generasi Milenial dan Generasi Z

Ada beberapa peneliti yang mengungkapkan definisi dan klasifikasi untuk menjelaskan generasi milenial dan generasi Z. Bahkan masing-masing memiliki sebutan yang berbeda, hingga penentuan rentang tahun kelahiran yang berbeda pula.

Namun, meskipun ada perbedaan tetap menyiratkan kesamaan penggambaran mengenai generasi tersebut. Kalaupun ada perbedaan rentang tahun kelahiran, itu enggak sampai selisih dua sampai tiga tahun.

Nah, kita sepakati saja di sini mengambil pendapat salah satu tokoh untuk menggambarkan siapa sih generasi milenial dan generasi Z itu? Di sini saya pakai pengelompokan generasi menurut Benesik, Csikos, dan Juhes. Menurut mereka, generasi milenial adalah orang-orang yang lahir di tahun 1980 – 1995; Sedangkan generasi Z adalah yang lahir pada rentang 1995 – 2010 (Sumber: Buku Profil Generasi Milenial 2018).

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang lahir di luar rentang tahun tersebut? Tentu saja mereka enggak masuk di generasi milenial dan generasi Z. Mereka dikelompokkan dalam generasi lain. Dalam hal ini juga memiliki karakteristik perilaku yang berbeda.

Karakteristik Perilaku Generasi Milenial

Ada beberapa karakteristik perilaku generasi milenial yang perlu kita tahu. Terutama berkaitan dengan upaya kita untuk meningkatkan produktifitas mereka sebagai karyawan. Apa saja hal-hal yang menjadi karakteristik mereka?

Percaya Diri

Umumnya generasi milenial adalah mereka yang memiliki rasa percaya diri. Terutama ketika mengungkapkan pendapat, bahkan ketika harus berdebat di depan publik. Maka tak heran jika banyak yang salah mengartikan bahwa mereka seoalh tipikal orang yang susah diatur.

Jika kita kebetulan memiliki karyawan atau rekan kerja generasi milenial, ada baiknya kita memberi ruang diskusi dengan mereka. Mendengar pendapat dan berdialog dengan mereka adalah cara yang tepat untuk mengatasi dampak buruk yang bisa muncul dari perilaku mereka.

Karena ketika kita enggak mendengar dan berdialog dengan mereka, bisa jadi akan ada rasa tak dianggap yang membuat mereka berprasangka negative dengan kita. Akibatnya bisa terjadi gap hubungan baik antara kita dengan mereka.

Kreatif

Seringkali ide dan gagasan yang keluar dari pemikiran mereka merupakan sesuatu yang fresh dan kreatif. Bisa jadi karena aktivitas mereka yang begitu dekan dengan teknologi sehingga banyak informasi yang mereka akses. Secara tak sadar hal itu menambah nalar kritis mereka dalam memutuskan suatu masalah.

Tentu saja akan lebih produktif jika kreatifitas mereka kita fasilitasi. Minimal dengan memberikan media untuk merealisasikan ide-ide dan gagasan mereka.

Bisa dibayangkan bakal seproduktif apa perusahaan kita jika memiliki karyawan yang kreatif dalam bekerja. Maka dari itu, jangan sampai kita batasi kreatifitas mereka dengan aturan-aturan yang kaku. Karena seringkali generasi milenial kurang suka dengan aturan yang kaku. Hingga banyak yang memutuskan resign dan pindah ke tempat kerja lainnya.

Pandai Bersosialisasi

Sisi positif lain dari generasi milenial adalah karakter mereka yang pandai bersosialisasi. Mereka bisa dengan mudah berbaur bersama orang-orang yang ada dalam komunitas mereka. Bahkan dalam media social pun mereka tampak humble berinteraksi dengan pengguna media social lainnya. Meskipun belum pernah bertemu dalam dunia nyata.

Masalah yang sering muncul dari aktivitas bersosial ini adalah sikap yang berlebihan ketika berkomentar terhadap masalah tertentu. Sehingga menimbulkan rasa sakit hati beberapa pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Dalam hal ini kita perlu memberi pengertian kepada mereka untuk bisa menjaga diri dari sikap yang berlebihan. Sehingga kemungkinan buruk dampak dari sikap tersebut bisa dicegah atau diminimalkan.

Generasi milenial
Sumber: pixabay

Karakteristik Generasi Z

Lalu bagaimana dengan karakteristik perilaku para generasi Z? Apakah enggak jauh beda dengan generasi milenial atau justru sangat berbeda? Konon mereka yang masuk dalam kelompok ini tumbuh menggunakan teknologi dan fasilitas yang modern. Bahkan bisa dibilang sejak lahir mereka sudah terpapar oleh gadget dan media online.

Maka enggak heran kalau pembentukan karakter mereka banyak dipengaruhi oleh aktivitas yang melibatkan sarana modern dan internet. Nah, dari beberapa referensi bisa saya rangkum beberapa hal yang menjadi karakteristik generasi Z tersebut.

Ambisius

Karakter ambisius merupakan salah satu yang membedakan antara generasi Z dengan generasi milenial. Para karyawan yang tergolong generasi Z sering terlihat lebih berapi-api atau termotivasi ketimbang karyawan milenial. Bisa jadi karena generasi Z sebagian besar merupakan fresh graduate atau para generasi yang baru memasuki dunia kerja.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa sebagian besar dari mereka mengalami masa resesi atau semacam penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 – 2012. Sehingga berpengaruh besar terhadap motivasi mereka yang ingin memperbaiki keadaan. Mereka ingin mendapatkan kesetaraan pendapatan di lingkungan keluarga dan juga lingkungan mereka.

Bagi kita yang bekerja sama dengan generasi Z ada baiknya memanfaatkan semangat itu untuk meningkatkan produktivitas mereka. Memberi support yang baik agar mereka bisa menjaga performance kerja untuk perusahaan.

Menyukai Kebebasan

Jangan heran jika turn over di suatu perusahaan sangat tinggi. Terutama perusahaan yang sebagian besar karyawannya adalah para generasi Z yang memang menyukai kebebasan.

Mereka bisa dengan mudah memutuskan untuk berpindah ke perusahaan lain ketika tahu di perusahaan tersebut mampu memberi gaji lebih besar. Mereka juga bisa dengan mudah memutuskan untuk resign ketika merasa enggak cocok dengan peraturan yang berlaku.

Bukan berarti mereka ingin bekerja seenaknya sendiri, melainkan sebenarnya mereka lebih ke output oriented. Atau lebih suka dengan jenis pekerjaan yang cenderung mengutamakan hasil dan enggak begitu mempermasalahkan prosesnya.

Itulah kenapa di era sekarang banyak berdiri co working space dan kantor-kantor yang didesain memanjakan karyawannya. Dengan memberi keleluasaan kepada karyawan untuk berangkat kerja sesuka mereka. Dengan catatan mampu menyelesaikan target pekerjaan yang disepakati bersama.

Ingin Kepastian

Kepastian dalam hal ini adalah menyangkut kepastian gaji yang akan mereka terima, tunjangan, fasilitas, asuransi, dan lain sebagainya yang harus disepakati di awal perjanjian kerja. Bisa dibilang ini menjadi sebuah jaminan bagi mereka dalam mengamankan keuangan yang mereka dapatkan dari pekerjaan.

Ada beberapa anggapan bahwa generasi Z menjadikan uang sebagai salah satu hal utama yang mereka pertimbangkan untuk memilih pekerjaan. Jia mereka tahu di sebuah perusahaan yang mereka tempati kurang bisa memberi jaminan keuangan yang cukup, bisa dipastikan bahwa mereka akan memilih untuk bekerja di tempat lain.

Itulah beberapa karakteristik perilaku karyawan milenial dan generasi Z yang sering dijumpai di perusahaan. Kita enggak akan kesulitan mencari mereka. Cukup dengan melihat orang-orang yang bekerja di sekitar kita, atau melihat bawahan kit ajika saat ini posisi kita bekerja sebagai manajer.

Harusnya sudah ada bayangan ya, kira-kira apa yang harus kita lakukan ketika bekerja sama dengan karyawan milenial dan generasi Z?

Iya, enggak perlu terlalu lama mempermasalahkan dampak yang timbul dari perilaku mereka. Segera saja kita ambil tindakan dengan melakukan pendekatan sebagaimana yang saya jelaskan di atas.

Bukankah lebih baik mengantisipasi daripada menanggulangi dampak sebuah masalah yang sudah terjkadi? [SNs]

Artikel terkait

1 Komentar

Berikan komentar

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *