Tentang Revolusi Industri 4.0 dan Ratusan Juta Pengangguran
Tahun 2030 diprediksi bakal ada 800 juta orang yang kehilangan pekerjaan akibat digantikan oleh mesin dan robot. Hasil kajian ini disampaikan oleh seorang peneliti yang bernama McKinsey. Memang hal ini telah menjadi perhatian pemerintah, sehingga muncul berbagai upaya untuk mengurangi masalah jika hal itu benar-benar terjadi. Kita saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang perubahan-perubahannya tampak begitu cepat seiring dengan perkembangan teknologi.
Dalam bidang industri tekstil misalnya, salah satu contoh penerapan teknologi itu terlihat pada perusahaan PT PAN Brothers Tbk. Sebuah perusahaan besar yang memproduksi beberapa produk tekstil merk terkenal di industri fashion dunia. Seperti merk Adidas, The North Face, IKEA, dan lain sebagainya yang kita tahu produk-produk tersebut sangat digemari kalangan milenial di Indonesia.
PAN Brothers Tbk adalah salah satu perusahaan besar yang telah mengalami revolusi industri 4.0. Konon revolusi ini telah membuat perusahaan tersebut mampu membuat nilai produksi lebih efektif dan efisien. Sehingga bisa meminimalkan biaya pada berbagai sector, termasuk pada produksi.
Dulu, sebelum revolusi industri 4.0 diterapkan, beberapa klien dari luar negeri harus bertemu langsung dengan tim produksi untuk menyerahkan desain produk yang dipesan. Bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan si Klien? Hanya untuk menyerahkan rancangan desain, belum mulai proses produksi.
Setelah penerapan revolusi industri 4.0, pertemuan antara klien dengan tim dari perusahaan enggak perlu terjadi. Klien cukup mengirimkan rancangan desainnya, kemudian teknologi Artificial Intelligence (AI) akan menerjemahkan desain tersebut dalam bentuk jahitan virtual.
Jahitan virtual inilah yang kemudian ditunjukkan kepada klien untuk disepakati. Apakah desain tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan klien atau belum.
Jika sudah sesuai, maka tim perusahaan akan membuat cetakan dan polanya sesuai dengan desain yang disepakati. Lebih hebatnya lagi, teknologi AI memungkinkan tim perusahaan untuk mengetahui rincian detail materi yang akan digunakan dengan lebih akurat. Karena proses perencanaan itu dilakukan oleh computer. Jadi, sangat kecil kemungkinannya terjadi human error yang bisa merugikan perusahaan.
Bagaimana dengan proses produksi, Gaes? Tentu saja PAN Brothers Tbk juga memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) dalam proses produksi. Teknologi inilah yang dipakai untuk memudahkan dalam melakukan pengawasan proses produksi hingga distribusi produk. Tentu saja didukung juga teknologi lainnya seperti, advance robotic, 3D Forming, dan Headmounted Display (HMD) untuk melakukan pemilihan produksi. Dengan teknologi-teknologi ini, tingkat keamanan produksi menjadi lebih baik.
Pada akhirnya, 80% total produksi di perusahaan PAN Brothers Tbk dilakukan melalui handling proses. Enggak banyak melibatkan tenaga manusia untuk melakukan proses produksi, dan ternyata memang lebih efisien.
Coba bayangkan jika kelak di Indonesia banyak perusahaan yang mulai menerapkan revolusi industri 4.0. Kemungkinan besar prediksi bakal ada 800 juta pengangguran bisa jadi kenyataan. Namun, bagaimana pun juga kan hal ini belum terjadi. Masih ada kesempatan untuk menghindari dampak buruk dari revolusi industri 4.0.
Apa Sih Pengertian Revolusi Industri 4.0?
Ada beberapa referensi yang memaparkan mengenai pengertian revolusi industri 4.0. Secara umum, pengertian revolusi industri 4.0 tidak lepasa dari lingkup perubahan yang melibatkan lingkungan sosial masyarakat, dan juga kemajuan bidang teknologi. Di mana perubahan tersebut berlangsung dengan cepat, baik yang terjadi karena sudah direncanakan maupun yang tidak.
Secara spesifik perubahan tersebut mengarah pada bidang perekonomian yang menyangkut lingkup produksi. Enggak hanya terbatas pada produksi pada manufaktur tertentu, melainkan semua jenis manufaktur yang di dalamnya memungkinkan untuk diintegrasikan dengan teknologi.
Revolusi industri 4.0 bisa dikatakan berhasil apabila mampu menerapkan teknologi digital berupa: internet of things, big data, cloud computing, artificial intelligence, mobility, virtual and augmented reality, sistem sensor dan otomasi, serta virtual branding.
Pada ilustrasi di atas, mengenai PT PAN Brothers Tbk, bisa dikatakan mereka telah berhasil menjalankan revolusi industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 Adalah Integrasi Antara Internet dengan Dunia Usaha
Saat ini terbukti bahwa internet telah mampu menghubungkan beberapa aspek kehidupan manusia. Bukan hanya sebatas hubungan komunikasi, melainkan dalam berbagai bidang. Bisa dibilang, semakin ke depan, teknologi internet semakin membuat manusia kehilangan budaya dan peran sosialnya.
Faktanya, hanya dengan berbekal aplikasi yang ada pada ponsel kita saja, hampir semua urusan sehari-hari bisa diselesaikan tanpa harus mobilisasi. Butuh bayar-bayar tinggal akses aplikasi fintech, butuh komunikasi jarak jauh tinggal chat atau telepon, atau ketika kita butuh makan tinggal pesan menu yang kita suka melalui aplikasi.
Hampir semua aspek kehidupan kita telah terhubung dengan internet. Begitu juga dengan dunia usaha. Internet telah menjadi penghubung antara kreatifitas manusia dengan proses produksi. Sehingga hal-hal yang mustahil dikerjakan oleh tenaga manusia bisa dengan mudah diselesaikan oleh robot-robot yang dikendalikan melalui jaringan internet.
Teknologi telah berperan besar dalam perubahan dalam bidang industri. Secara enggak langsung berdampak besar pada budaya dan lingkungan sosial masyarakat.
Bagaimana Revolusi Industri 4.0 di Indonesia?
Gaung revolusi industri 4.0 di Indonesia sebenarnya enggak lepas dari publikasi hasil riset McKinsey. Sebuah riset yang dilakukan kepada para supplier teknologi dan perusahaan amnufaktur yang ada di wilayah ASEAN. McKinsey mengungkapkan data bahwa Indonesia merupakan Negara yang memiliki rasa optimisme tertinggi kedua setelah Vietnam dalam hal penerapan revolusi industri 4.0.
Persentase tingkat optimisme Indonesia hanya terpaut 1% lebih rendah di bawah Vietnam yang mencapai angka 79%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang Indonesia sangat luas untuk sukses menjalankan revolusi industri 4.0. Ibaratnya secara modal, Indonesia sudah punya kesiapan mental untuk menyambut revolusi industri 4.0.
Tentu saja pemerintah enggak hanya diam saja mempersiapkan hal ini. Melalui Kemenperin, pemerintah konon telah merumuskan kebijakan-kebijakan yang mendukung revolusi industri 4.0 di Indonesia. Saya kutip dari laman ekonomi.bisnis.com menyebutkan, setidaknya ada empat focus utama kebijakan pemerintah untuk mendukung hal ini, antara lain: perumusan investasi fiskal, program e-smart IKM dengan memanfaatkan ecommerce, pemilihan perusahaan-perusahaan sebagai basis percontohan penerapan industri 4.0, dan mencetak tenaga ahli transformasi industri 4.0 melalui kegiatan pelatihan.
Selanjutnya tinggal bagaimana sikap para pelaku usaha dalam menyambut revolusi industri 4.0. apakah mereka menyambut baik dengan berperan aktif atau hanya pasif saja. Karena kenyataannya untuk menjalankan revolusi industri 4.0 ini butuh biaya yang cukup besar. Enggak semua pelaku usaha berani berinvestasi besar-besaran untuk merealisasikan program ini.
Jika Revolusi Industri 4.0 Benar-benar Terealisasi di Indonesia, Apakah Benar Bisa Menyebabkan Ratusan Juta Orang Jadi Pengangguran?
Setiap prediksi, tentu ada potensi untuk terjadi dan juga tidak. Mungkin juga bisa jadi lebih buruk dari yang diperkirakan. Jika kita bisa menyikapi hal ini dengan bijak, tentu enggak akan mau terjebak dengan mindset negative. Bahwa tahun 2030 nanti, bisa jadi kita akan kehilangan pekerjaan karena kalah bersaing dengan mesin-mesin robotic canggih yang menggantikan peran kita dalam menyelesaikan pekerjaan. Namun sebaliknya, kita harus berusaha keras bagaimana mempersiapkan diri untuk bisa lepas dari risiko keterpurukan itu.
Baca juga: 7 Tren Teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) di Tahun 2018
Memang sih, McKinsey enggak asal-asalan memaparkan prediksinya tersebut. Argumennya berlandaskan pada hasil penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Jadi, sangat susah membalikkan argumen McKinsey tanpa menunjukkan data pembanding.
Saat ini mungkin belum ada data pembanding untuk menyanggah argument McKinsey, tapi bukan berarti kita harus meyakini bahwa ramalan McKinsey bakalan benar terjadi. Percaya pada data yang dipaparkan McKinsey sih enggak masalah. Justru kita bisa menggunakan data tersebut sebagai acuan untuk melakukan riset pengembangan di negeri kita.
Riset untuk menyiapkan lapangan kerja baru misalnya. Kalau bukan kita siapa lagi?
Pemerintah sudah menunjukkan perannya dengan merumuskan kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi. Sekarang tinggal masyarakatnya, apa bisa hanya diam saja? Tentu kebijakan pemerintah akan enggak ada efeknya kalau enggak diimbangi dengan upaya masyarakatnya mendukung pelaksanaan kebijakan itu. Sia-sia, gaes.
Maka menurut saya, kalau enggak ingin mengalami dampak buruk atas ancaman 800 juta pengangguran di masa depan, ya kita harus bergerak. Menciptakan inovasi-inovasi di bidang teknologi yang mampu bersaing dengan gempuran dampak negative kemajuan teknologi.
Kita sendiri yang mampu mengubah nasib kita, bukan pemerintah atau orang lain. Termasuk mengubah peradaban dunia melalui peran serta dalam revolusi industri 4.0. [SNs]