[Studi Kasus] Strategi Sukses Pengembangan Pasar Internasional Indomie Menguasai Niche Mie Instant Dunia
Ada beberapa perusahaan di Indonesia yang menarik untuk kita amati kesuksesannya. Terutama dalam hal pengembangan pasar internasional maupun domestik, yang tentu saja bakal bisa jadi referensi dalam berbagai studi bisnis. Salah satu dari perusahaan itu adalah PT Indofood dengan produknya yang melegenda, Indomie.
Harapannya kita tidak hanya terjebak dengan strategi-strategi yang sudah biasa kita lakukan. Sedangkan secara hitung-hitungan sebenarnya masih bisa dikembangkan untuk mendapatkan hasil maksimal. Tentu kita butuh belajar dari kesuksesan perusahaan lain untuk menciptakan inovasi yang bisa diimplementasikan pada perusahaan kita.
Meskipun mungkin tidak bisa menduplikasi kesuksesan PT Indofood, minimal kita bisa menemukan strategi paling ideal untuk mengembangkan pasar bisnis kita sendiri.
Sejarah Indomie
Pertama kali didirikan pada tahun 1990, PT Panganjaya Intikusuma kemudian mengubah namanya setelah melalui Rapat Umum Luar Biasa Para Pegang Saham. Tercatat di tahun 1994 perusahaan itu berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Sebagaimana yang sampai sekarang lebih familiar kita kenal sebagai PT Indofood.
Ada banyak hal fundamental yang dilakukan oleh PT Indofood. Hingga akhirnya PT Indofood bisa menjadi salah satu perusahaan mie instant dan produk makanan olahan tersukses di Indonesia.
Salah satu langkah fundamental tersebut adalah penggabungan beberapa anak perusahaan Indofood Group yang meliputi: PT Sanmaru, PT Supermi, dan PT Panganjaya menjadi satu di tahun 1994. Kemudian dipilihlah nama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Sejak saat itu, PT Indofood CBP khusus bergerak dalam bidang pengolahan mie instant. Bahkan kemudian divisi mie instant ini ternyata berkembang menjadi yang terbesar di Indofood Group. Hingga tercatat memiliki pabrik yang tersebar di 15 kota besar di Indonesia.
Tidak hanya menguatkan bidang produksi, PT Indofood juga memikirkan bagaimana mendistribusikan produknya kepada konsumen. Dengan begitu, dapat meminimalkan risiko overproduksi.
Bukan hanya di dalam negeri, pabrik PT Indofood juga tersebar di luar negeri, antara lain di Negara Arab Saudi, Kenya, dan Serbia. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh PT Indofood untuk memudahkan distribusi produk kepada konsumen. Selain itu juga untuk menjaga agar produk yang diterima tetap fresh.
Pertumbuhan Indomie
Jika melihat sejarahnya, produk Indomie sebenarnya bukanlah produk mie instant pertama di Indonesia. Sebelumnya sudah ada produk Supermi yang sudah lebih dulu beredar di pasaran. Bahkan tercatat sejak tahun 1968 produk Supermi mulai diproduksi oleh PT Supermi Indonesia.
Sedangkan produk Indomie baru diciptakan pada tahun 1970 oleh PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd. Pada waktu itu Indomie mulai dipasarkan pada tahun 1972 dengan dua pilihan varian rasa, yaitu rasa ayam dan rasa udang.
Seiring perkembangan zaman, produk Indomie ternyata mampu menjadi brand yang paling dikenal di masyarakat sebagai produk mie instant. Bahkan saya masih ingat bagaimana orang-orang di sekitar saya lebih familiar menyebut “Indomie” ketika membeli mie instant. Meskipun sebenarnya mie instant yang mereka pilih bukan merk Indomie.
Baca juga: Strategi Ekspansi Kopi Janji Jiwa yang Menarik Diulik
Di balik kuatnya brand Indomie di mata masyarakat ini ternyata ada strategi pemasaran yang dilakukan untuk mendominasi pasar. Terutama bagaimana mengalahkan produk pesaing yang dianggap sebagai ancaman.
Tercatat pada tahun 1982 muncul produk baru mie instant dengan nama Sarimi. Mie instant yang diproduksi oleh PT Sarimi Asli Jaya ini dianggap sebagai ancaman terhadap produk Indomie. Karena Sarimi ternyata cukup disukai oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu PT Sanmaru kemudian mengakuisisi PT Sarimi Asli Jaya.
Bukan hanya itu, Grup Salim akhirnya menyatukan semua perusahaan mie instant dengan PT Panganjaya Intikusuma pada tahun 1994. Termasuk PT Supermi Indonesia turut diakuisisi bersama perusahaan yang didirikan oleh Suyodono Salim tersebut.
Selanjutnya apa yang terjadi? Tentu saja produksi mie instant mulai tak terbendung dan perlahan mulai menguasai pasar dunia. Khususnya produk Indomie yang hingga saat ini menjadi produk favorit masyarakat Indonesia.
Sampai dengan tahun 2002, persaingan pasar mie instant di Indonesia sebagai berikut: 1. Indomie, 2. Supermie dan 3. Sarimi. Pada tahun 2003 Grup Wings meluncurkan Mie Sedaap yang banyak mencuri perhatian penikmat mie. Setelah berjuang sekian lama, baru pada tahun 2011 Mie Sedaap akhirnya berhasil menggeser Sarimi di peringkat 3, tetapi tetap tidak bisa melengserkan Indomie yang berada di nomer satu.
Alasan ekspansi ke luar negeri
Indomie merupakan salah satu produk mi instan yang diproduksi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Indomie pertama kali diekspor pada tahun 1992 yang merupakan hasil kerja akumulasi secara konsisten. Indofood pada awalnya membentuk Direktorat Ekspor dengan tugas fokus mengembangkan ekspor Indomie ke berbagai negara, sehingga tim ini aktif mempelajari semua izin impor di setiap negara.
Alasan utama dari ekspansi Indomie ke luar negeri adalah untuk para warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di luar negeri dan merindukan makan Indomie. Saat itu, sasaran utama mereka adalah negara-negara dengan jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang paling banyak.
Selain itu, Indomie juga sering dibawa oleh pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri, sehingga Indomie menjadi populer di berbagai negara yang menjadi tujuan pelajar Indonesia melanjutkan pendidikannya.
Negara yang menjadi tujuan ekspansi dan alasannya
Pada awalnya, negara yang menjadi target utama Indofood untuk melakukan ekspansi Indomie adalah Hong Kong, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi karena memiliki jumlah TKI paling banyak.
Kemudian disusul oleh negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia karena memiliki jumlah pelajar Indonesia paling banyak.
Sampai saat ini, Indomie sudah menjangkau lebih dari 180 negara, baik di Eropa, Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, Amerika, Amerika Selatan, hingga Afrika.
Di Afrika Barat tepatnya di Nigeria, Indomie menjadi makanan sejuta umat mulai dari masyarakat bawah sampai atas. Hal ini diungkapkan oleh Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan (Mendag). Beliau sangat mengagumi kepopuleran Indomie di Nigeria yang menjadi makanan sehari-hari masyarakat di sana.
Aktivitas pemasaran dan building brand sudah sejak lama dilakukan di sana, karena itulah Indomie menjadi sangat populer di Nigeria. Saking populernya, banyak masyarakat Nigeria yang menyangka Indomie adalah produk asli mereka.
Selain Nigeria, pangsa pasar di Afrika dan Timur Tengah hampir mencapai 90 persen. Alasan Indomie sangat digemari di negara-negara tersebut adalah karena rasa masakannya yang tidak jauh berbeda dari Indonesia.
Kemudian di Serbia, awalnya masyarakat di sana tidak terlalu suka mie dan lebih memilih sup sebagai makanan sehari-hari. Namun semua berubah sejak Indomie hadir di negara mereka. Di sana Indomie mendirikan prabrik di atas tanah seluas 5 hektar dengan total nilai investasi sebesar 11 Juta Euro.
Baca juga: Social Media Marketing di Tahun 2020: Perubahan Besar Itu Akan Terjadi
Hal ini sangat menguntungkan masyarakat di Sebia. Tenaga kerja mereka terserap dan sumber daya alamnya dapat dimanfaatkan. Tidak semua bahan-bahan untuk membuat mie diambil dari negara asalnya, namun untuk gandum yaitu bahan utama mie didapatkan langsung dari Serbia.
Di Maroko, pabrik Indomie dikerjakan pada tahun 2015, 6 tahun setelah Indomie masuk ke negara ini. Pabrik ini menjadi pabrik produksi terbesar di luar negeri. Di Maroko, Indomie dikerjakan oleh perusahaan kemitraan Indo Morocco Company, patungan antara Sawaz Grup (Salim Grup dan Wazaran/Arab Saudi Grup) dengan LINA, perusahaan Maroko yang dimiliki oleh Abdullah Gozy.
Perkembangan ekspansi Indomie
Membangun brand sangatlah penting, bahkan jika brand sudah populer, nilainya bisa sampai 100 kali dari equity perusahaan. Indomie sebagai brand Indonesia begitu terasa di luar maupun di dalam negeri. Sering orang menyebut mi instan dengan sebutan “Indomie”, kendati yang dikonsumsi bukan merek Indomie.
Terkenalnya Indomie merupakan hasil kerja keras pihak Franciscus Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang secara konsisten memasarkan Indomie ke berbagai negara sejak tahun 1992.
Setelah menetapkan negara tujuan ekspansi, Indofood membentuk regional office di masing-masing negara. Bahkan mereka membangun pabrik di sejumlah negara, seperti di Arab Saudi, Malaysia, Nigeria, Suria hingga Mesir.
Dengan membangun pabrik di negara-negara tersebut, hal ini menjadi strategi Indofood untuk bisa mengekspor produk lainnya, seperti bumbu, saos hingga kecapnya.
Perkembangan pasar ekspor tersebut juga didukung dengan adanya keberadaan toko-toko Indonesia yang ada di beberapa negara. Bahkan, di Arab Saudi ada sekitar 1200 toko yang secara khusus menjual makanan Indonesia.
Daya saing Indomie lebih tinggi dibandingkan produk negara lain dibuktikan dengan tersebarnya Indomie di banyak negara. Bahkan harga ekspor Indomie lebih mahal 30 persen dibandingkan harga dalam negeri.
Berkaca dari pengalaman Indomie, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melakukan ekspor makanan, yaitu :
1. Keamanan
Bukan hanya sekedar keamanan produk, bahkan lebih dari itu, yakni proses produksi yang harus sesuai dengan standar internasional.
2. Bahan Baku
Bahan baku yang diperoleh harus dari kebun atau pertanian yang sudah memenuhi standar good coming practive.
3. Security
Hal ini harus dijaga secara berkesinambungan karena sudah menjadi tuntutan dunia, yaitu berupa pemenuhan persyaratan standar bagi eksportir untuk masuk negara tertentu dalam bentuk sertifikasi ISO 9001:2000 dan HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Points). Jika tidak ada jaminan keamanan, retail shop tidak mau menjual karena ditolak oleh konsumen.