UKM Naik Kelas

UKM Naik Kelas

Masa sekarang ini, usaha kecil dan menengah menjadi idola baru. Ditambah lagi dengan istilah digitalisasi, membuat UKM seakan-akan mendapatkan tenaga baru untuk meluncur dan berkembang.

Kenyataannya, bahwa usaha kecil menengah saat ini menguasai 99% populasi usaha di Indonesia dengan kontribusi 60% terhadap PDB nasional, ya sudah sepantasnya kalau UKM ini diperhatikan secara penuh.

Fokus dimana? Liat deh di gambar bawah, ekspor produk UKM baru di 14%, sementara usaha besar menguasai di 85%. Berarti negara ini harus mengekspor produk-produk UKM secara lebih masif lagi.

Kalau diperhatikan profil UKM-nya, terdapat lebih dari 63 juta usaha kecil yang ada di Indonesia. Mereka berada di bottom of the piramid. Usaha kecil ini yang bertransaksi langsung menggunakan uang dan selalu berorientasi cashflow.

profil UKM Indonesia

Banyaknya usaha kecil ini mungkin yang membuat negara ini gak bisa di-lockdown. Ya beneran mereka akan kesulitan mendapatkan kesempatan untuk berpenghasilan apabila dilakukan lockdown di pandemi ini.

UKM Naik Kelas

Sebetulnya, untuk kelas negara berkembang, kondisi usaha kecil yang sangat banyak itu sangat wajar. Tetapi, secepatnya piramid itu harus dirubah menjadi ekosistem usaha yang lebih sustainable. Caranya dengan menggembungkan yang di tengah. Diperbanyak usaha kelas menengah-nya. Ini yang membuat tagar #ukmnaikkelas harus terus digaungkan.

Apa yang dimaksud UKM naik kelas? Secara garis besar ada 3 (tiga) parameter yang bisa dipakai:

1. Pindah dari Informal ke Formal

Banyak para pelaku UKM yang menerima keadaan. Omset berapapun disyukurin. Tetapi sebetulnya, seiring dengan bertambahnya tingkat literasi, baik baca maupun digital, UKM kita sudah mulai banyak yang ingin take off.

Untuk memperbesar kapasitas produksi atau memperluas akses pasar, diperlukan banyak prasyarat. Salah satunya persyaratan dokumen.

Mendorong UKM makanan dan minuman untuk mempunyai label halal misalnya, ini bukan perkara mudah. Selain karena persepsi umum tentang pengurusan label halal yang berbelit, banyak yang beranggapan label ini hanya formalitas. Padahal Dinas Koperasi di Kab/Kota pasti mempunyai kegiatan ini untuk UKM binaannya. Dan gratis.

Hal ini terjadi juga untuk mengurusan sertifikat lain, seperti HAKI, merek sampai dengan BPOM. Padahal mempunyai sertifikat ini akan membuka akses pasar yang lebih luas. Seperti bisa masuk ke pasar retail besar atau kesempatan mengikuti lelang perusahaan BUMN atau pengadaan pemerintah.

2. Masuk ke Rantai Pasok Industri Besar

Kalau anda seorang UKM yang memproduksi baut, maka sangat penting untuk bisa masuk ke rantai pasok mega industri. Seperti industri sepeda motor misalnya.

Dengan demikian produk anda akan terjaga pasarnya. Akan tetapi, pabrik motor akan selalu meminta lebih. Kalau sekarang anda bisa memproduksi 1000 baut sebulan, kalau kualitas tetap terjada, pabrik akan meminta anda untuk memproduksi 10.000 baut.

Pada saat seperti ini, konsolidasi antar UKM produksi baut menjadi sangat penting. Jikalau anda bisa mengumpulkan 10 produsen baut dengan kapasitas produksi yang sama dengan anda, maka permintaan 10.000 baut sebulan akan terpenuhi dengan cepat.

Menjadi masalah ketika pabrik tersebut meminta anda untuk memproduksi 100.000 baut setiap bulan sementara jejaring anda di industri baut sudah terpakai.

Disinilah peran koperasi menjadi penting. Disarankan, komunitas anda untuk membuat koperasi produsen (baut). Setelah koperasi berjalan 1 (satu) tahun, maka dapat mengajukan skema pembiayaan berbunga sangat ringan kepada Lembaga Penyalur Dana Bergulir atau LPDB.

Dana yang diraih, dapat dipakai untuk membeli mesin produksi yang akan meningkatkan kapasitas produksi anda secara masif.

Jadi, memasukkan produk anda ke rantai pasok industri besar menjadi tujuan baru yang penting.

3. Akses Pasar/ Digitalisasi

Sebelum pandemi, terdapat sekitar 7 juta UKM yang sudah on-boarding di marketplace menjadi seller. Bukti nyata bahwa menjadi digital itu menolong pada saat pandemi adalah fakta tidak ada pebisnis online yang bangkrut.

Justru banyak yang mendapatkan kenaikan omset sampai dengan 300%. Kalaupun rugi, berada diantara 20%-50%, tetapi tidak ada yang menutup bisnisnya.

Ini yang membuat pemerintah membuat banyak program, pada saat pandemi, agar bisa mendoorong UKM sesegera mungkin memanfaatkan channel digital, terutama melalui marketplace.

Menguasai penjualan di marketplace juga memerlukan strategi yang jitu. Tetapi, paling tidak dengan menjadi seller di marketplace, akan membuat UKM belajar bagaimana menyediakan foto produk yang menarik, menulis deskripsi yang benar dan bahkan belajar me-manajemen-i usahanya dengan baik.

Ini bisa menjadi awal yang baik untuk UKM. Walaupun, tentu saja, bagi saya, kemandirian UKM tidak bisa ditentukan hanya dengan bergabung di marketplace. Harus ada tingkatan yang lebih advance yang mengajarkan bahwa mempunyai toko online sendiri itu lebih sustainable.

Ketiga patokan ini bisa menjadi ukuran sahih bagaimana UKM naik kelas. Kalau anda saat ini menjalankan UKM, coba pilih parameter naik kelas yang pas untuk usaha anda. Kemudian, perlahan saja, sisihkan waktu, tenaga dan mungkin juga uang, untuk menaikkelaskan bisnis anda. Nikmati prosesnya.

Saya jamin anda akan terkejut dengan banyaknya peluang yang muncul setelahnya. Yuk!

Artikel terkait

3 Komentar

Berikan komentar

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *