Kerja Freelance: Antara Dilema dan Peluang di Era Milenial

Saya sempat merasa bimbang dengan pekerjaan saya ketika melihat beberapa teman tampak sukses kerja freelance. Rasanya ingin resign dan mengikuti jejak mereka. Bekerja tanpa ikatan dengan perusahaan dalam jangka waktu yang lama, tanpa aturan seragam dan jam kerja.

Gambar: pexels

Namun, ketika beberapa kali ngobrol dengan mereka, justru mereka menyarankan jangan tergesa-gesa resign dan hanya untuk kerja freelance. Memang mereka mengakui bisa lebih enjoy dengan aktifitas kerja freelance yang mereka jalani.

Figur seperti mereka inilah yang di era milenial seperti sekarang ini menjadi impian. Terutama bagi orang-orang yang sudah lelah dengan sistem kerja kantoran. Juga bagi anak-anak muda yang kita tahu saat ini getol banget bermain-main dengan teknologi.

Tentu saja peluang-peluang kerja freelance yang ditawarkan di media online juga turut andil terhadap minat untuk jadi pekerja lepas. Dengan kepraktisan akses dan fee yang ditawarkan di media online tersebut membuat siapa pun yang memiliki keahlian tertarik untuk mengajukan tawaran.

Mengamati fenomena tersebut, rasa bimbang dalam hati saya semakin kuat. Padahal saat ini saya bekerja sebagai salah satu karyawan swasta yang memiliki ikatan kerja cukup lama. Saya karyawan tetap dan harus menyelesaikan masa bakti minimal hingga 10 tahun sejak diangkat sebagai karyawan tetap.

Artinya, saya harus bisa bersabar untuk mewujudkan pekerjaan yang menjadi passion saya. Mungkin karena kebetulan saja kalau passion yang saya miliki agak berbeda dengan bidang pekerjaan yang saya jalani sebagai karyawan swasta saat ini.

Baca juga: Wawancara dengan Willix Halim, VP of Growth Freelancer.com

Di masa kebimbangan itu, saya mencoba mencari informasi-informasi mengenai konsep kerja freelance. Barangkali nanti ada jalan bagi saya untuk bisa mewujudkan pekerjaan yang sesuai dengan passion. Ya, karena saya melihat di era milenial seperti sekarang ini, passion menjadi puncak buruan bagi seseorang dalam menjalani karirnya.

Sebenarnya freelance ini apa sih, kok bisa jadi pilihan untuk ngejar passion?

Saya lihat teman saya ini enjoy sekali kerja tanpa ikatan dengan perusahaan. Memang dia pernah jadi karyawan, tapi kemudian memutuskan resign. Padahal dia pernah cerita kalau dia bisa mendapatkan gaji delapan juta dari perusahaan itu. Wow …. Saya sempat bengong ketika mendengar cerita dia.

Teman saya bilang, “Saya merasa kehilangan banyak waktu untuk berkarya, karena ngurusi kerjaan. Jadi saya memilih keluar agar bisa menikmati aktivitas menulis buku.”

Gambar: pexels

Iya, dia seorang penulis buku. Saya melihat hingga sejauh ini, teman saya cukup sukses mengejar passionnya. Kerja freelance tanpa ikatan kerja dalam waktu yang lama dengan satu perusahaan. Bahkan dia bebas menentukan hendak mengerjakan apa dan menentukan sendiri kapan waktunya.

Kalau melihat perjalanan karir teman saya ini, memang dia sudah cukup lama bergelut dengan dunia perbukuan. Dimulai dengan aktif menulis di bulletin kampus, mengelola majalah, menulis buku, hingga menjadi ghost writer dan co-writer.

Sejak tahun 2004 hingga sekarang, dia tidak pernah berhenti menulis. Meskipun kuliah jurusan Ekonomi, namun ternyata passionnya ada di dunia kepenulisan. Maka tidak heran ketika dia jadi karyawan perbankan merasa kurang nyaman. Ya, mungkin karena jauh dengan dunia tulis menulis.

Tidak lama kemudian dia memilih kerja di industri penerbitan buku. Sempat menjadi Pimpinan Redaksi salah satu penerbit mayor dan sangat produktif menghasilkan karya buku. Namun, dia masih belum nyaman karena merasa masih ada yang janggal.

Akhirnya dia memutuskan kerja freelance tanpa ikatan. Full sehari-hari mengerjakan naskah buku, membuka jasa pendampingan menulis buku, hingga kemudian salah satu bukunya mampu meraih predikat best seller.

Dari pengalaman teman saya ini saya melihat bahwa ada beberapa kunci kesuksesan dia sebagai freelancer. Apa saja itu? Fokus, komitmen, dan totalitas.

Kalau boleh saya simpulkan, freelance adalah tentang bagaimana kita mampu terus berusaha mewujudkan apa yang menjadi passion kita, tanpa terikat perjanjian kerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang lama. Tentu saja juga berkaitan erat dengan keterampilan yang kita miliki. Baik keterampilan membuat produk, mengelola, maupun kemampuan lainnya.

Freelance Adalah Pilihan Menuju Kesuksesan

Saya sepakat dengan pernyataan bahwa freelance adalah pilihan menuju kesuksesan. Dalam artian sukses bagi yang benar-benar serius menjadi professional terhadap setiap proyek yang dikerjakan. Sukses pula mewujudkan passion yang barangkali tidak bisa ditemukan ketika menjalani karir sebagai karyawan perusahaan.

Di era milenial yang serba instan dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini telah menciptakan peluang kerja freelance. Banyak karyawan yang kemudian tergoda untuk menjajaki peluang tersebut. Ada yang sekadar coba-coba sebagai jalan untuk mendapatkan penghasilan tambahan di luar gaji sebagai karyawan. Ada pula yang dengan tekat kuat resign sebagai karyawan, lalu memilih jalur kerja freelance sebagai alternatif meraih kesuksesan.

Coba saja kita amati laman website freelancer.co.id yang menawarkan jenis pekerjaan freelance dari ratusan jenis pekerjaan. Dengan berbekal keahlian teknis yang kita miliki, atau menekuni hobi yang kita sukai, pasti ada peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Tinggal buka laman website freelancer.co.id lalu pilih jenis kategori pekerjaan yang kita kuasai.

Kalau kita bingung tak tahu mau cari tambahan penghasilan dari mana, sering-sering saja tengok laman website penyedia lowongan kerja freelance. Barangkali passion yang selama ini kita cari ada di sana.

Namun, masalahnya tidak semua orang tahu bagaimana cara memulai kerja freelance. Meskipun sudah mahir buka google, searching info lowongan kerja, ternyata masih banyak yang tanya bagaimana caranya jadi freelancer.

Nah, kira-kira bagaimana sih caranya biar kita bisa ikuti jejak sukses para freelancer?

Freelancer adalah Karakter Profesional yang Harus Kita Bentuk Secara Mandiri

Iya, kerja freelance itu bukan sekadar persoalan cari info lowongan kerja, lalu menawarkan jasa, dikerjakan sesuai pesanan, kemudian mendapat bayaran. Namun, lebih dari itu. Freelancer adalah persoalan bagaimana kita membentuk karakter profesional yang mampu menyelesaikan tanggung jawab profesi yang kita jalani secara mandiri.

Memang kesannya berat banget, ya? Memang begitulah keadaan yang sebenarnya. Memang sebagai freelancer kita bebas mengakses info dan memilih akan mengerjakan proyek yang mana, namun, kita harus selalu ingat bahwa pemberi proyek pun punya hak kebebasan memilih siapa freelancer yang dia percaya untuk mengerjakan proyek mereka.

Ini artinya tanpa bekal profesionalitas, seorang freelancer akan kalah bersaing untuk mendapatkan proyek-proyek dengan freelancer lainnya. Antara freelancer dan pemberi proyek sama-sama memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya masing-masing.

Jadi ya tinggal pilih, mau jadi freelancer professional atau pecundang?

Nah, jika sudah mantab dengan profesionalitas kalian, mari coba daftar jadi freelancer di salah satu situs freelance online Indonesia. Ikuti langkah-langkah berikut:

Pertama, buka browser dan ketikkan https://fastwork.id/start-selling pada kolom url, lalu klik ‘Enter’ pada keyboard.

Kedua, klik “Menjadi Freelancer

Ketiga, silakan registrasi dengan mengisikan data diri, lalu klik “Daftar” atau kalau ingin cepat bisa pilih register dengan menggunakan akun facebook atau google. Kali ini saya akan contohkan cara register dengan menggunakan akun google.

Keempat, pilih akun google yang akan kita pakai untuk mendaftar sebagai freelancer. Tunggu beberapa saat hingga kalian dibawa pada laman untuk melengkapi data diri. Ada empat jenis data yang harus dilengkapi, yaitu Profil Anda, Profil Sebagai Freelancer, KTP, dan Rekening Bank. Semua harus diisi lengkap agar bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.

Kelima, klik “Simpan dan Lanjutkan” jika semua data sudah terisi lengkap.

Nah, sampai tahap ini kalian sudah resmi terdaftar sebagai freelancer di situs freelancer online Indonesia, fastwork.id. Mudah sekali, kan?

Lalu Seperti Apa Sih Para Freelancer yang Beredar di Situs Online?

Kita boleh menganggap dan membranding diri kita sebagai freelancer profesional. Melabeli dengan segudang karya dan prestasi yang luar biasa, tapi jangan lupakan para freelancer yang sudah lebih dulu beredar di dunia maya.

Mereka pun melakukan hal yang sama. Membranding diri mereka sebagai pekerja freelance profesional, dengan segudang hasil karya dan prestasi yang ditunjukkan dalam portofolio mereka. Bisa jadi di sana banyak sekali orang-orang yang lebih expert dibanding kita. Popularitasnya jauh di atas kita.

Mari kita ambil contoh para freelancer yang ada di situs fastwork.id. Saya akan ambil siapa saja yang Bloger Freelance yang paling popular di sana.

Mereka memiliki spesialisasi dan standar fee masing-masing. Kalau melihat dari jumlah follower, sepertinya memang standar harga tidak berpengaruh. Artinya ketika kita memutuskan untuk menjadi freelancer, kita punya hak untuk menetapkan standar harga atas jasa yang kita tawarkan.

Oke, sekarang coba kita lihat berdasarkan urutan terlaris. Apakah peringkatnya masih sama, atau berubah.

Ternyata ada sedikit perubahan. Kalau dilihat dari daftar tersebut, mematok standar harga murah untuk jasa yang kita tawarkan tidak selalu bisa menjadi yang terlaris. Nyatanya ada bloger yang mematok harga yang sangat tinggi juga masuk dalam daftar freelancer terlaris.

Bisa jadi dalam hal ini kualitas dan profesionalisme berperan besar dalam membentuk popularitas sebagai freelancer.

Lalu Bagaimana Agar Kita Bisa Bertahan Sebagai Freelancer?

Yang jelas tetap fokus, komitmen, dan totalitas terhadap apa yang kita kerjakan. Terus kembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang keahlian yang kita geluti. Jika ingin bertahan, kita harus melakukannya.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh freelancer agar bisa bertahan adalah mengenai update informasi. Kerja freelance itu pekerjaan mandiri, jadi kita harus aktif mencari dan mengikuti perkembangan informasi terbaru. Jangan malas, karena informasi dan teknologi berkembang dengan sangat cepat.

Sedikit saja lengah, maka kita bisa tertinggal jauh dari yang lainnya.

Sebaiknya Tetap Jadi Karyawan atau Kerja Freelance Online?

Nah, di sinilah letak dilemma itu. Ketika kita sudah mendapatkan pekerjaan dengan status karyawan, lalu merasa masih butuh tambahan penghasilan. Di sisi lain tugas-tugas sebagai karyawan menuntut waktu dan loyalitas kita. Bahkan sampai menguras pikiran dan tenaga. Namun, kadang kesejahteraan finansial yang kita harapkan masih belum juga kesampaian. Hingga kemudian tergoda dengan kesuksesan orang lain yang bisa sukses dengan kerja freelance.

Baca juga: Buatlah Bahagia Karyawan Anda dengan 4 Cara Ini

Sebenarnya jadi karyawan bukanlah hal yang buruk. Justru beberapa orang meyakini ada hal-hal positif yang kita dapatkan sebagai karyawan yang barangkali tidak didapatkan oleh freelancer, antara lain:

Garansi Mendapatkan Gaji Bulanan

Kerja freelance biasanya hitungan gajinya perproyek. Besarnya pun disesuaikan dengan tingkat kesulitan pengerjaan proyek tersebut. Biasanya kontrak waktunya jangka pendek. Sesuai dengan perkiraan penyelesaian setiap proyeknya.

Berbeda halnya ketika jadi karyawan. Hitungan gajinya bulanan, bahkan ada juga yang mingguan. Biasanya besarnya gaji yang diterima setiap bulan besarnya hampir sama, atau relative sama. Kalaupun ada penambahan, biasanya berupa bonus atau tunjangan variable.

Memang enaknya jadi karyawan itu seperti itu. Setiap bulannya ada gaji yang bakal kita terima dari hasil kita bekerja. Karena pekerjaan karyawan cenderung kontinyu. Selalu ada pekerjaan sesuai dengan uraian tugas kita sebagai karyawan.

Garansi Mendapatkan Tunjangan

Salah satu komponen gaji karyawan adalah tunjangan. Ada tunjangan fungsional, ada pula tunjangan structural bagi yang menjabat di structural. Belum lagi ditambah tunjangan lainnya, seperti tunjangan hari tua, tunjangan kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Jadi, sebagai karuawan bisanya tidak hanya mendapatkan gaji pokok perbulan. Melainkan ada tambahan gaji berupa tunjangan yang juga akan menambah isi rekening tiap bulannya.

Bagaimana ketika kita kerja freelance? Sepertinya jarang banget yang memberikan tunjangan di luar fee dari proyek yang dikerjakan. Apalagi jika proyek yang dikerjakan berupa pekerjaan yang sifatnya bisa dikerjakan di mana saja. Misalnya seperti desain grafis, penulisan artikel, web developer, dan lain sebagainya.

Garansi Mendapatkan Pembinaan dan Pengembangan Keterampilan

Orang-orang yang kerja freelance dianggap sudah memiliki bekal keterampilan dan pengetahuan yang cukup. Bahkan bisa dibilang sebagian besar dari mereka adalah para expert. Karena proyek-proyek yang ditawarkan membutuhkan eksekutor yang kompeten dan profesional di bidangnya. Sehingga jarang sekali pemberi proyek yang dengan baik hati memberikan fasilitas pembinaan atau pengembangan keterampilan bagi freelancernya. Kecuali jika mereka sedang menyiapkan proyek jangka panjang, dan mengincar freelancer tersebut sebagai karyawan mereka.

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Karyawan Anda dengan 4 Cara Realistis Ini

Dalam kebijakan perusahaan ada yang namanya peningkatan kapasitas sumber daya. Salah satunya adalah peningkatan keterampilan sumber daya karyawan. Biasanya dituangkan dalam program diklat atau pendidikan berkelanjutan bagi karyawan perusahaan. Tujuan akhirnya agar kinerja perusahaan meningkat.

Sebagai karyawan yang mendapatkan pembinaan dan pengembangan keterampilan tentu saja harus bersyukur. Karena secara otomatis akan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Apalagi jika karyawan tidak perlu membayar sedikit pun untuk merasakan fasilitas ini.

Garansi Mendapatkan Asuransi Kesehatan dan Tenaga Kerja

Kerja freelance itu hampir sama posisinya dengan pekerja outsourching. Jadi pekerjanya kadang tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan dan asuransi ketenaga kerjaan. Memang tidak semua perusahaan memperlakukan pekerja outsourching seperti itu, ada juga perusahaan yang memberi fasilitas asuransi bagi pekerja outsourching mereka.

Kalau status kita sebagai karyawan tetap, tentu perusahaan punya kewajiban untuk memberikan fasilitas asuransi kesehatan dan asuransi ketenaga kerjaan pada karyawannya. Hal itu sudah tertuang dalam regulasi pemerintah yang harus dipatuhi oleh setiap perusahaan.

Jadi bagi karyawan tentunya akan diringankan ketika harus menanggung beban biaya perawatan karena sakit, atau karena terjadi kecelakaan kerja. Karena biayanya sudah tercover oleh asuransi.

Garansi Mendapatkan Pengakuan Status Sosial

Di Indonesia, status sosial kita masih identik dinilai dari pekerjaan. Maka sering kali kita masih menemui dalam percakapan sehari-hari mengenai pertanyaan, “Sekarang kamu kerja dimana?” atau “Kerjaanmu apa, kok berani melamar anak saya?”

Sebagian besar orang Indonesia menganggap orang yang memiliki pekerjaan, dengan gaji bulanan, memiliki status sosial yang lebih tinggi. Entah apa penyebabnya, barangkali karena pola pikir yang terbentuk selama ini sudah demikian.

Padahal jika melihat fenomena saat ini, banyak anak-anak muda yang mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dibanding para pekerja kantoran itu. Youtuber misalnya. Mereka bahkan tidak punya kantor. Mereka mungkin kerjaannya hanya main game, lalu direkam pakai screen recorder. Setelah itu diunggah ke youtube.

Kalau dibandingkan, jelas pekerjaan itu lebih ringan ketimbang auditor yang kerja kantoran. Bayangkan, auditor harus masuk kerja setiap hari dari pukul tujuh sampai pukul 15 sore. Sehari-hari melototin angka, survey data, wawancara, melakukan analisis, membuat laporan audit. Kadang masih harus menghadapi haters di kantor yang notabene juga rekan kerja.

Baca juga: Karyawan Anda Memilih untuk Resign, Apakah Alasannya?

Bandingkan gajinya. Gaji dia sebulan barangkali tidak lebih besar dari gaji youtuber dalam dua minggu. Apa karyawan lain juga sempat berpikir demikian? Sebuah dilemma.

Kerja Freelance Sebagai Peluang di Era Milenial

Setelah menimbang-nimbang, kayaknya jadi karyawan lebih enak. Punya gaji bulanan, tunjangan, pengembangan kompetensi, asuransi dan fasilitas lainnya. Barangkali secara materiil bisa kita dapatkan, apalagi kalau kerja di instansi pemerintah. Tentu gaji dan tunjangan lebih gede lagi.

Namun, masalahnya tidak semua lulusan sarjana atau fresh graduate itu bisa langsung mendapat pekerjaan. Ada yang sudah bertahun-tahun masih juga jadi pengangguran. Bahkan ada pula yang rela bekerja meskipun bidang yang digelutinya berbeda dengan bidang jurusan kuliah. Lebih parah lagi ada yang mau bekerja dan digaji dengan standar gaji di bawah standar kualifikasi mereka. Miris.

Padahal jika ditelaah lebih jauh, banyak potensi dan skill yang dimiliki oleh para fresh graduate tersebut. Meskipun mungkin jauh dari bidang akademik yang mereka punyai. Kadang sistem rekrutmen di perusahaan hanya mampu mendeteksi sisi keunggulan mereka dari factor akademis. Tidak dari sisi potensi diri mereka yang sebenarnya.

Sehingga sering kali ketika mereka sudah diangkat menjadi karyawan, kadang merasa passion-nya belum terpenuhi. Ada rasa belum puas dengan rutinitas pekerjaan yang mereka jalani. Sehingga kemudian mencoba mencari peluang lain untuk memenuhi passion itu.

Melihat masalah-masalah itu, banyak orang menciptakan peluang dengan lapangan kerja baru. Dengan mempertimbangkan risiko dan kebutuhan dari pencari kerja dan pemberi kerja. Hingga kemudian merebaklah peluang-peluang yang ditawarkan dalam bentuk kerja freelance.

Baca juga: Sistem Operasi Jaringan – Seberapa Penting Jaringan Komputer pada Masa Era Milenial Ini?

Di era milenial yang semua orang butuh akses cepat dengan memanfaatkan teknologi, peluang-peluang itu dikonsep sedemikian rupa. Dibuatlah sebuah sistem yang mampu menjembatani antara pemberi kerja atau pemilik proyek dengan para freelancer atau pekerja professional yang butuh tambahan penghasilan.

Maka sekarang orang tidak perlu setiap hari masuk kantor untuk bekerja. Mereka cukup bekerja dari rumah, dan mendapat bayaran setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa harus menunggu bulanan, tanpa harus mematuhi aturan kantor yang ribet, tanpa memikirkan persaingan untuk menduduki jabatan.

Inilah era milenial. Semua kemungkinan bisa diwujudkan dengan memanfaatkan teknologi. Kecanggihan-kecanggihan akan terus berkembang menuntut kreatifitas dan inovasi.

Kalau kita menceburkan diri sebagai freelancer, maka harus siap mengikuti perkembangan teknologi. Kalau kita komitmen kerja freelance, artinya harus tetap menjaga profesionalisme dalam setiap proyek yang kita kerjakan.

Nah, semoga artikel ini bermanfaat. Silakan tinggalkan komentar di bawah artikel ini jika ada hal yang perlu didiskusikan. Atau barangkali ada yang ingin berbagi pengalaman? Oh, boleh sekali. [SNs]

Artikel terkait

Berikan komentar

Email Anda tidak akan kami publikasikan. Wajib diisi *